TRIBUNNEWS.COM - Wali Kota Malang, Sutiaji meminta para warganya untuk mengibarkan bendera setengah tiang besok, Senin (2/10/2022).
Hal ini berkaitan dengan terjadinya tragedi kerusuhan setelah laga Arema VS Persebaya di Stadion Kanjuruhan kemarin.
"(Saya) Mengajak warga Bumi Arema untuk mengibarkan bendera merah putih 1/2 tiang, mulai Senin 3 Oktober 2022," kata Sutiaji di akun Instagram @sam.sutiaji.
Sutiaji dalam kesempatannya juga mengabarkan, jajaran Pemerintahan Kota Malang menggelar doa bersama malam ini.
Lokasinya berada di Taman Krida Budaya, Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang.
Acara dipimpin langsung Sutiaji dan disiarkan melalui live streaming.
Baca juga: 12 Tragedi Kerusuhan Sepakbola di Dunia, Terbaru Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang
Pada kesempatan sebelumnya, Sutiaji sangat menyesalkan dengan terjadinya tragedi yang menewaskan ratusan suporter Aremania-Aremanita itu.
Menurut dia, masalah menang atau kalah adalah sesuatu yang bisa.
"Kami berbela sungkawa dan menyesalkan kejadian ini. Pertandingan bola yang kita tonton ini, menang kalah adalah hal yang wajar," katanya, dikutip dari TribunJatim.com.
Sutiaji meminta semua pihak terkait untuk bisa mengambil pelajaran.
Termasuk juga tidak saling menyalahkan satu sama lain.
"Kita tidak bisa ngomong, siapa yang salah. Mudah-mudahan, ini menjadi pembelajaran kita semua," harapnya.
Baca juga: Kerusuhan Suporter di Kanjuruhan, Kosgoro 57 Sebut Semua Pihak Harus Bertanggungjawab
Update jumlah korban
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak memberikan update jumlah korban per 2 Oktober 2022 pukul 14.53 WIB.
Diketahui jumlah korban meninggal mencapai 131 orang.
Data tersebut diperoleh Dinas Kesehatan dari 25 rumah sakit di wilayah Malang Raya.
"Disini ditemukan hasil rekapitulasi bahwa meninggal dunia 131 orang, luka berat 31 orang, dan luka ringan-berat 253 orang," ucap Emil dalam video yang diterima Tribunnews.com.
Emil menyebutkan, data ini memiliki perbedaan dengan jumlah korban yang dikeluarkan oleh BPBD.
Hal ini dimungkinkan karena adanya double counting atau penghitungan ganda.
"Karena adanya korban jiwa yang tidak bisa diidentifikasi karena tidak ada identitasnya," kata Emil.
"Jadi kami menyarankan, agar kita mengacu untuk sementara waktu kepada angka (jumlah korban) dari Dinas Kesehatan yang dikumpulkan dari 25 rumah sakit," tambahnya.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)(TribunJatim.com/Kukuh Kurniawan)