News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Fenomena Tanah Bergerak di Tanggunggunung Tulungagung, 17 Rumah Warga Retak, 7 Keluarga Mengungsi

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi tanah bergerak - Fenomena tanah bergerak mengakibatkan 17 rumah warga di Desa Tanggunggunung, Kecamatan Tanggunggunung, Kabupaten Tulungagung mengalami kerusakan.

TRIBUNNEWS.COM, TULUNGAGUNG - Fenomena tanah bergerak mengakibatkan 17 rumah warga di Desa Tanggunggunung, Kecamatan Tanggunggunung, Kabupaten Tulungagung mengalami kerusakan.

Dari jumlah itu, sebanyak 7 keluarga di antaranya harus mengungsi karena rumahnya nyaris ambruk.

Baca juga: Tebing Runtuh Jebol Rumah Warga Tambaksari Ciamis, Sebelumnya Tanah Bergerak Rengkah Akibat Hujan

Tanah labil ini dipicu hujan deras yang terjadi pada Senin (10/10/2022).

"Hujan deras sudah terjadi sejak seminggu terakhir. Puncaknya pada Senin kemarin," ujar Wakapolsek Tanggunggunung Iptu Anwari, Selasa (11/10/2022).

Rumah yang mengalami kerusakan semuanya ada di Dusun Kalutalun RT 2 RW 2.

Hujan deras ini awalnya memicu retakan tanah memanjang sekitar hampir 1 kilometer.

Retakan ini membentang melewati permukiman warga.

"Tanahnya memang amblas, ada retakan memanjang. Tapi ternyata kondisinya semakin parah," sambung Anwari.

Awalnya rumah-rumah warga mengalami kerusakan ringan, seperti dinding retak.

Namun kemarin, kerusakan semakin besar dan nyaris membuat ambruk tujuh rumah warga.

Baca juga: BNPB: Lumpur Bergerak Pascagempabumi Pasaman Bukan Likuefaksi

Tujuh rumah ini mengalami geser pondasi dan tulang-tulang bangunan telah patah.

"Tujuh rumah bahaya kalau ditempati. Kemungkinan harus direlokasi," ungkap Anwari.

Karena kondisinya membahayakan, pemilik tujuh rumah ini mengungsi ke rumah saudaranya di Desa Ngepoh, Kecamatan Tangggunggunung.

Meenurut Anwari, jika tidak mengungsi situasinya sangat berisiko.

Jika terjadi hujan deras lagi, dikhawatirkan tanah semakin labil dan retakan semakin membesar.

Saat ini retakan tanah di Dusun Kalitalun ini sekitar 5 centimeter.

"Kalau retakan tanahnya semakin membesar, tujuh rumah itu bisa ambruk. Makanya lebih aman mereka mengungsi," tegas Anwari.

Polisi bersama TNI memeriksa retakan tanah di rumah warga di Desa Tanggunggunung, Kecamatan Tanggunggunung Kabupaten Tulungagung.

Apa penyebab terjadinya tanah bergerak?

Dikutip dari Kompas.com, Peneliti Ahli Madya Bidang Geoteknik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Adrin Tohari menjelaskan penyebab umum terjadi tanah bergerak karena adanya kenaikan air di dalam tanah yang dipicu oleh hujan.

"Yang terjadi di daerah-daerah seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah tanah bergerak itu adalah karena hujan. Hujan yang lebat dengan durasi lama."

"Itu menyebabkan air di dalam tanah naik melewati suatu bidang lemah yang ada di bagian bawah tanah sehingga tanah itu bergerak," ujar Adrin dikutip Kompas.com.

Tanah bergerak tipe nendatan ini bisa menyebabkan jalan terbelah, dan turun.

Jika retakan melewati rumah, maka rumah dapat ambruk, retak, atau ambles.

Biasanya, fenomena tanah bergerak dengan tipe nendatan bergerak secara perlahan.

"Sebenarnya fenomena ini bisa diamati oleh masyarakat terdampak. Biasanya muncul retakan-retakan kecil lama-lama muncul amblesan dan lama-lama makin besar," jelas Adrin.

Baca juga: Fenomena unik La Nina tiga tahun beruntun, apa dampaknya ke Indonesia?

Tanah bergerak dengan tipe nenatan biasanya tidak terjadi tiba-tiba.

Sementara, fenomena tanah longsor yang terjadi dengan sangat cepat, adalah tanah bergerak dengan tipe luncuran.

Fenomena tanah bergerak dengan tipe nendatan biasanya terjadi di daerah yang luas.

Daerah tersebut umumnya satu hingga beberapa kampung.

Adapun risiko fenomena yang terjadi umumnya adalah jalan atau rumah yang rusak.

Banyak lahan basah

Adrin mengatakan, berdasarkan pengamatannya, umumnya tanah bergerak di daerah-daerah yang banyak lahan basah seperti dekat persawahan, kolam, maupun daerah yang di bawahnya sungai.

Hal ini karena di beberapa sungai terdapat bebatuan yang sulit untuk tempat air merembes masuk sehingga air merambat naik, mengenai bagian lemah dan terjadilah tanah bergerak.

Untuk kasus tanah bergerak dengan tipe nendatan yang merusak, Adrin menilai, relokasi adalah solusi yang tepat.

Permukiman penduduk sebaiknya dipindahkan ke lokasi atau daerah yang lebih aman atau stabil (berdasarkan hasil kajian geologi), tetapi mereka masih bisa bercocok tanam di lokasi yang lama.

"Karena tanah bergerak tipe ini acapkali terjadi secara berulang dalam kurun waktu beberapa tahun kemudian," kata dia.

Adrin menyebutkan, tanah bergerak tipe nendatan semacam ini berbeda dengan liquifaksi. Liquifaksi terjadi karena adanya getaran gempa. (Surya/David Yohanes) (Kompas.com/Nur Rohmi Aida)

Sebagian artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul 17 Rumah Retak, 7 Keluarga Mengungsi Karena Tanah Gerak di Tanggunggunung Tulungagung

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini