TRIBUNNEWS.COM - Polisi telah menahan dua tersangka insiden runtuhnya atap SD Muhammadiyah Bogor, Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Dalam insiden ini, seorang siswa berinisial FA (12) meninggal dunia.
Kejadian tersebut juga membuat belasan siswa terluka.
Hingga saat ini para siswa belum berani ke sekolah karena masih trauma akan kejadian yang mereka alami.
Tersangka sudah ditahan
Kapolres Gunungkidul, AKBP Edy Bagus Sumantri membenarkan penahanan tersangka ini.
"Sudah (ditahan), mulai Senin (14/11/2022) kemarin," ujarnya dikutip dari Kompas.com.
Baca juga: Korban Ambruknya Atap SD Muhammadiyah di Gunungkidul Dipastikan Dapat Santunan dari Kemensos
Ditanya terkait kemungkinan ada tersangka tambahan, Edy menjelaskan jika kasus ini masih dalam proses penyidikan.
"Belum (ada tambahan tersangka), masih dalam penyidikan," ungkapnya.
Kedua tersangka yang berinisial B dan K merupakan pihak pemborong bangunan SD Muhammadiyah Bogor.
Penetapan tersangka ini dilakukan setelah polisi mendapat dua alat bukti yang cukup kuat.
Dalam kasus ini ada beberapa barang bukti yang diamankan seperti baja ringan, genteng, hasil uji laboratorium, serta surat perjanjian pembangunan.
Kedua tersangka dapat disangkakan Pasal 360 dan 359 KUHP dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.
Tersangka sempat datangi keluarga korban
Keluarga korban, Gunadi menjelaskan jika tersangka berinisial K sempat mendatangi ibu FA pada hari Minggu (13/11/2022).
Tersangka datang dengan tujuan agar ibu FA mau menandatangani surat perdamaian.
Baca juga: Update Insiden Runtuhnya Atap SD yang Memakan Korban Jiwa, 2 Pemborong Jadi Tersangka
Tersangka datang bersama istrinya dan membawa tiga lembar surat.
Ibu FA menolak untuk melakukannya karena masih dalam keadaan berduka.
"Awalnya silaturahim lalu menyampaikan surat pernyataan ini bahwa ibu FA disuruh tanda tangan. Tapi ibu FA tidak berani karena belum bisa berpikir apa pun, masih berkabung," ungkapnya.
Gunadi mengatakan jika surat yang diajukan sudah jadi dan pihak keluarga hanya diminta tanda tangan.
"Isinya yang mengetik sana, di sini cuma menerima saja. Dari sana sudah ada tanda tangan dan bagian tanda tangan ibu F ada materainya tapi belum ditandatangani," terangnya.
Menurutnya kedatangan tersangka semakin membuat keluarga bersedih karena masih dalam suasana duka.
"Ini sangat menggangu karena malah menambah beban, saat ini malah jadi trauma, takut sampai susah tidur juga," jelasnya.
Baca juga: Hasil Investigasi Ambruknya Atap SD Muhammadiyah, Ternyata Gunakan Baja Ringan Mutu Rendah
Tanggapan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Gunungkidul
Disdik Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta berharap insiden serupa tidak terjadi di sekolah lain.
Disdik mengimbau pihak sekolah untuk memantau kondisi bangunan secara berkala.
Hal ini dikatakan oleh Kepala Disdik Gunungkidul, Nunuk Setyowati.
"Jadi setelah ada kasus itu (Atap SD Muhammadiyah Bogor ambruk), siangnya saya langsung membuat imbauan kepada seluruh kepala sekolah agar memantau dan memperhatikan fasilitas mengajar," ungkapnya dikutip dari Kompas.com.
Nunuk Setyowati ingin agar para orang tua siswa tidak khawatir saat menyekolahkan anaknya.
Menurutnya pemantauan kondisi bangunan perlu dilakukan oleh tim pengawas dan pihak sekolah.
"Kami ingin anak-anak itu belajar dengan tenang, jangan sampai orang tuanya was-was ketika menitipkan putra putrinya di sekolah," tambahnya.
Kini Disdik Gunungkidul bekerjasama dengan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos-PPPA) Gunungkidul berusaha menghilangkan trauma yang dialami para siswa SD Muhammadiyah Bogor.
Trauma healing ini dilakukan agar para siswa tidak takut lagi pergi ke sekolah setelah insiden atap rubuh yang mereka alami.
"Jika ada anak yang sudah siap untuk kembali belajar, maka bisa diberikan layanan. Tapi yang utama trauma healing dulu," ujarnya.
Baca juga: Kemensos Berikan Santunan untuk Korban Runtuhnya Atap SD Muhammadiyah di Gunungkidul
(Tribunnews.com/Mohay) (Kompas.com/Markus Yuwono)