TRIBUNNEWS.COM - Polisi masih mendalami dan melakukan pemeriksaan terhadap para saksi terkait kasus perampokan di Rumah Dinas Wali Kota Blitar yang terjadi pada Senin (12/12/2022) dini hari.
Total sudah ada 40 saksi yang diperiksa hingga Jumat (16/12/2022).
Kapolres Blitar Kota, AKBP Argowiyono menjelaskan para saksi yang diperiksa merupakan orang terdekat di lingkungan Rumah Dinas Wali Kota Blitar mulai dari asisten rumah tangga (ART), ajudan hingga anak Wali Kota Blitar.
"Cukup banyak saksi yang kami periksa, apabila ada keterkaitan langsung kami lakukan pemeriksaan. Termasuk putra putri korban (Wali Kota Blitar Santoso)," jelasnya dikutip dari TribunJatim.com.
Ia mengatakan hasil dari pemeriksaan para saksi akan menjadi bahan keterangan penyidik yang dapat mengungkap kasus perampokan ini.
Baca juga: Pelat Nomor Merah yang Digunakan Perampok Rumah Dinas Wali Kota Blitar Dipastikan Palsu
"Untuk tim forensik yang dilakukan Polda Jatim juga sedang bekerja. Intinya satgas gabungan sedang melakukan kerja masing-masing sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya," terangnya.
Salah satu petunjuk kasus ini adalah kendaraan para pelaku yang terekam CCTV dan penyidik masih fokus mencari tahu keberadaan kendaraan tersebut.
"Kami terus mendalami berbagai kemungkinan, termasuk dari hasil analisa keterangan saksi," tambahnya.
Argo menjelaskan jika kasus ini mendapat atensi khusus dari Mabes Polri dan mendapat bantuan dari polres di sekitar kota Blitar.
"Bahkan tidak hanya dari Mabes, instansi samping dari jajaran Polres terdekat seperti Malang, Kediri, dan Tulungagung juga ikut membantu. Semua ikut anev (analisis dan evaluasi) secara berkala untuk menyampaikan informasi dari wilayah sekeliling terhadap keberadaan pelaku," bebernya.
Polisi kantongi identitas pelaku
Polisi telah mengantongi identitas para pelaku kasus perampokan di rumah dinas Wali Kota Blitar.
AKBP Argowiyono menjelaskan perkembangan kasus ini sudah sampai ke tahap profiling terduga pelaku.
"Tentunya demikian (mengantongi identitas pelaku), karena sudah ada rumusan-rumusan dan itu sudah masuk bank data yang ada di Inafis," ujarnya pada Jumat (16/12/2022) dikutip dari TribunJatim.com.
Baca juga: Fakta Baru Kasus Perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar, Pelaku Pakai Atribut Korpri dan Satpol PP
Namun, hingga saat ini petugas belum bisa menyampaikan detail identitas pelaku karena masih dalam tahap penyelidikan.
"Yang pasti sedang dikerjakan oleh tim. Kalau yang tertangkap belum ada, tapi kami sudah profiling beberapa dugaan pelaku, semua masih berjalan sampai saat ini," jelasnya.
Menurutnya, semua kejahatan akan meninggalkan celah dan celah ini yang berusaha digali oleh polisi.
"Semua barang bukti baik, sidik jari, keterangan saksi, dan rekaman CCTV semua sedang didalami penyidik. Tapi tentunya semua proses tidak bisa instan dan memerlukan waktu," tambahnya.
Ia juga berharap para pelaku perampokan dapat segera tertangkap.
"Dan dengan keahlian para penyidik, mudah-mudahan secepatnya terungkap. Kami juga mohon dukungan dari masyarakat agar secepatnya pelaku bisa kami tangkap," terangnya.
Para pelaku menggunakan atribut Korpri dan Satpol PP
Dari rekaman CCTV terlihat jika para pelaku menggunakan atribut pegawai pemerintah seperti topi Korpri, seragam Satpol PP hingga mobil berpelat merah.
AKBP Argowiyono menjelaskan penggunaan atribut pemerintah ini menunjukkan perampokan telah direncanakan secara matang.
“Kalau kita lihat pola seperti itu, ini sudah direncanakan. Menggunakan pelat dinas juga,” jelasnya.
Baca juga: Saat Mobil Perampok Masuk ke Rumah Dinas Wali Kota Blitar, Ada yang Buka Pagar dari Dalam
Menurutnya, para pelaku ingin mempersulit penyelidikan dengan memunculkan kesan pelaku adalah orang dalam.
“Tentunya (memunculkan) asumsi-asumsi seolah-olah ada keterlibatan orang dalam. Ini juga mungkin sudah dipikirkan,” terangnya pada Kamis (15/12/2022) dikutip dari Kompas.com.
Ia mengungkapkan salah satu contohnya adalah rekaman CCTV yang menunjukkan seorang yang membuka pintu gerbang menggunakan pakaian yang identik dengan seragam Satpol PP.
Menurut Argo pria tersebut bukan Satpol PP tapi salah satu dari lima pelaku.
“Kalau dari keterangan kemungkinan besar itu pelaku. Karena petugas (Satpol PP) saat itu sudah dilumpuhkan,” tambahnya.
AKBP Argowiyono menambahkan jika saat ini polisi sedang menunggu hasil uji laboratorium forensik dari data sidik jari dan DNA yang tertinggal di tempat kejadian perkara (TKP).
“Kita juga masih menunggu hasil uji labfor atau data Inafis terkait pengujian sampel DNA dan sidik jari yang tertinggal di TKP.”
“Sidik jari ini kan banyak pola dan tergantung dari kualitas (sampel) sidik jari itu sendiri. Pada saat (hasil) keluar tidak langsung mengarah ke seseorang, tapi ada sekian kemungkinan-kemungkinan,” pungkasnya.
Baca juga: Rekaman CCTV Perampokan Rumdin Wali Kota Blitar: Ada Orang Sengaja Bukakan Pintu Gerbang bagi Pelaku
Wali Kota Blitar ungkap asal uang Rp 400 juta
Wali Kota Blitar, Santoso menjelaskan asal uang Rp 400 juta yang dirampok di rumah dinasnya.
Ia mengungkapkan, jika uang tersebut merupakan uang yang akan digunakan untuk menyicil utang biaya kampanye Pilkada 2020.
“Jujur saja. Saya ini pada waktu kampanye Pilkada punya tanggungan yang harus saya selesaikan,” terangnya pada Selasa (13/12/2022) dikutip dari Kompas.com.
Utang biaya kampanye Pilkada 2020 rencananya akan dicicil Santoso setelah akhir tahun 2022.
“Rencana saya sehabis akhir tahun saya mulai menyicil utang saya. Mau saya cicil,” ujarnya.
Santoso mengaku uang tersebut ia dapatkan dari honor mengikuti berbagai kegiatan.
“Saya kan harus mengumpulkan dari honor-honor itu, kalau membuka kegiatan dan sebagainya. Tapi akhirnya kedahuluan (dirampok),” jelasnya.
Ketika terjadi aksi perampokan, uang Rp 400 juta itu berada di sebuah tas dan tidak diletakkan di brankas.
Hal ini karena Santoso mengaku tidak memiliki brankas di rumah dinas yang berada di Jalan Sudanco Supriyadi, Kota Blitar, Jawa Timur.
Baca juga: Wali Kota Blitar Mengaku Dianiaya Perampok, Ditendang dan Dipukul karena Tidak Tunjukkan Brankas
“Lha saya kan selama ini tidak punya brankas. Karena brankas ini kan untuk menyimpan uang. Uang yang (mau) saya simpan tidak ada. Makanya saya tidak punya brankas,” bebernya.
Ketika ditanya total utang biaya kampanye Pilkada 2020, Santoso enggan menjawabnya.
“Tidak perlu saya jelaskan. Yang penting sampean (anda) tahu bahwa uang saya yang diambil itu kisarannya segitu,” tambahnya.
Selain uang sebesar Rp 400 juta, perampok juga membawa perhiasan istri Santoso dan jam tangannya.
(Tribunnews.com/Mohay) (Kompas.com/Asip Agus Hasani) (TribunJatim.com/Samsul Hadi)