TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR- Keluarga membuat laporan ke polisi terkait meninggalnya Virendy Marjefy Wehantouw (18), mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Virendy meninggal dunia saat mengikuti diksar Mapala di Tompobulu Maros.
Baca juga: 5 Fakta Mahasiswa Unhas Meninggal saat Mengikuti Diksar Mapala, Keluarga Temukan Ada Luka Lebam
Kasat Reskrim Polres Maros Iptu Slamet saat dikonfirmasi mengatakan pihaknya sudah menerima laporan dari adik korban.
"Iya pihak keluarga sudah melapor Minggu, 15 Januari. Laporan itu diajukan oleh adik korban," katanya.
Dia mengatakan keluarga yang bersangkutan melaporkan perihal kegiatan diksarnya.
"Jadi yang dilaporkan keluarganya itu bukan perihal pembunuhan atau kematian. Karena mereka mengaku sudah ikhlas menerima kematian korban dan menganggap sudah takdirnya, apalagi hasil visum luar di Rumah Sakit Grestelina itu wajar," jelasnya.
Keluarga korban, kata dia, hanya melaporkan perihal proses kegiatan diksar itu.
"Adik korban hanya melaporkan mengenai proses kegiatan diksar itu. Mereka hanya menuntut pertanggungjawaban dari pihak panitia diksar yang diduga lalai dan lepas tanggung jawab," akunya.
Baca juga: Mahasiswa Unhas Meninggal saat Diksar, Pihak Kampus Lakukan Investigasi dan Bekukan Mapala 09 Teknik
Sampai hari ini yang dimintai keterangannya baru dari pihak keluarga yang membuat aduan.
"Selanjutnya nanti akan diundang dari pihak panitia. Kita baru akan jadwalkan undangannya," katanya.
Pihaknya akan berkoordinasi dengan Polsek Tompobulu selaku wilayah atau TKP meninggalnya korban.
"Kita akan koordinasi dengan pihak Polsek Tompobulu karena personel sudah ke TKP melakukan pengumpulan data dan bahan keterangan," sebutnya.
Sementara itu, Kapolsek Tompobulu AKP Asgar telah melakukan peninjauan ke lokasi terjadinya insiden tersebut.
Ia menyebutkan pihaknya telah melakukan pemeriksaan saksi-saksi.
Baca juga: Panitia Ungkap Kronologi Mahasiswa Meninggal saat Diksar Mapala, Kampus Serahkan Kasus ke Polisi
"Kami sudah melakukan interogasi terhadap beberapa pihak, keluarga dan juga panitia pelaksana diksar ini," ucapnya.
Dirinya juga mengaku terkejut dengan insiden ini.
Pasalnya mahasiswa yang tengah melakukan diksar ini sebelumnya tidak melapor ke pemerintah maupun polsek setempat.
"Sampai saat ini kami tidak mendapatkan penyampaian mengenai kegiatan itu. Padahal biasanya jika ada kegiatan seperti itu, maka ada penyampaian, tapi ini tidak ada," tuturnya.
Sementara itu Kepala Desa Bonto Manurung Mustakim mengatakan kalau pihaknya tidak mengetahui adanya kegiatan diksar itu.
"Padahal seharusnya kalau ada kegiatan itu bersurat ke desa dan polsek setempat. Tapi ini tidak ada pemberitahuan sama sekali," katanya.
Dia mengaku baru mengetahui adanya kegiatan itu setelah adanya informasi mengenai mahasiswa Unhas yang meninggal saat diksar.
"Setelah ada yang meninggal saya baru tahu dan turun mencari tahu. Saya tanya ke warga dan ternyata ada memang rumah warga yang ditempati menginap," katanya.
Baca juga: Sosok Mahasiswa yang Meninggal Dunia saat Diksar Mapala, Cucu dari Guru Besar Unhas
"Di situ juga kita baru tahu kalau ada korban meninggal dan ditandu oleh temannya ke rumah salah satu warga Daeng Rosi," akunya.
Sedangkan Daeng Rosi mengaku sebelum korban dibawa ke rumahnya ada sekitar 10 orang temannya yang datang untuk izin memasak.
"Mereka datang itu Jumat tengah malam, sekitar pukul 23.00 Wita. Saat sampai di rumah saya lihat korban sudah meninggal dunia, kukunya hitam dan badannya sudah kaku. Sudah saya sampaikan kalau sudah meninggal tapi mereka terus berusaha menggoyangkan korban," katanya dengan bahasa Makassar.
Rombongan peserta dan panitia diksar ini meninggalkan rumahnya sekitar pukul 02.00 Wita.
"Katanya ada temannya yang sudah dihubungi mau jemput mereka di Jembatan Bonto Manurung. Mau dibawa ke rumah sakit. Jadi ada mungkin tiga jam di rumah," akunya.(*)
Penulis: Nurul Hidayah
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Alasan Keluarga Virendy Marjefy Wehantouw Laporkan Panitia Diksar Mapala ke Polres Maros