TRIBUNNEWS.COM - Dua skandal yang melibatkan dosen di dua kampus berbeda di Makassar, Sulawesi Selatan, banyak menjadi sorotan publik karena membuat dunia pendidikan terguncang.
Kasus pertama melibatkan seorang dosen di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin (Unhas) bernama Firman Saleh. Dia terjerat kasus pelecehan seksual terhadap beberapa mahasiswi.
Lalu, kasus kedua melibatkan Andi Ibrahim, seorang dosen di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang terungkap sebagai otak di balik pencetakan yang palsu.
Kasus Firman Saleh
Firman Saleh terjerat dalam kasus pelecehan seksual yang mencuat sejak November 2024 lalu.
Saat itu sejumlah mahasiswi melaporkan bahwa mereka menjadi korban pelecehan Firman Saleh.
Pelecehan itu disebutkan dilakukan oleh Firman Saleh di ruang-ruang privat kampus.
Kasus tersebut kemudian menjadi sorotan karena melibatkan akademis yang selama ini dikenal sebagai pengajar yang berpengaruh di dunia sastra dan budaya.
Firman Saleh sendiri diketahui telah mengajar di Unhas selama lebih dari 10 tahun.
Salah satu korban pelecehan seksual Firman Saleh, Bunga (nama samaran), seorang mahasiswi FIB Unhas angkatan 2021, bercerita tentang trauma mendalam yang dirasakannya setelah kejadian tersebut.
Bunga mengatakan saat itu dirinya menemui Firman Saleh di ruang kerjanya untuk melakukan bimbingan.
Namun, ketika hendak pulang, Bunga mengaku ditahan oleh dosennya tersebut.
Baca juga: Demo Kasus Kekerasan Seksual oleh Dosen Unhas Tak Kondusif, Sejumlah Mahasiswa Diamankan Polisi
Bunga pun tetap memaksa untuk pulang, tapi Firman Saleh memaksa agar Bunga tak meninggalkan ruangan hingga terjadilah pelecehan seksual yang membuatnya trauma.
"Awalnya dia pegang tanganku, tapi saya memberontak terus. Dia memaksa peluk, tapi saya memberontak terus," katanya, dikutip dari TribunMakassar.com.
Aksi bejat Firman Saleh itu pun masih berlanjut. Dia terus memaksa Bunga berbuat tak senonoh di ruang kerjanya.