TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA - Bentrokan di Sinakma, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Tengah, dipicu adanya isu penculikan anak.
Warga ternyata terhasut isu penculikan anak tersebut kemudian menjadi beringas.
Baca juga: Warga Masih Takut Keluar Rumah Pasca Kerusuhan di Wamena, Ada yang Mengungsi ke Polres dan Kodim
Dikutip dari Tribun Papua, isu penculikan anak yang disebar oknum warga lewat pesan berantai membuat amarah massa.
Massa seketika turun ke jalan dan melakukan pembakaran sejumlah kios pada Kamis (23/2/2023) siang.
Sebanyak 9 orang tewas dalam peristiwa ini. Ada 17 orang lainnya dilaporkan luka serius.
Merespon ini, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) bakal turun tangan melakukan investigasi.
"Terkait peristiwa ini, Komnas HAM melakukan pemantauan," ujar Wakil Ketua Komnas HAM Abdul Haris Semendawai kepada Kompas.com pada Jumat (24/2/2023).
"Informasi lebih lanjut dan lebih detail sedang dikoordinasikan dengan dengan Komnas HAM Perwakilan Papua," lanjutnya.
Baca juga: Update Kerusuhan di Wamena: Polda Pastikan Kondisi Terkendali, Kegiatan Belajar Mengajar Berhenti
Semendawai melanjutkan, pihaknya akan menyampaikan informasi lebih lanjut hasil pemantauan dan koordinasi dengan Komnas HAM Perwakilan Papua.
Kronologi versi polisi, kasus tersebut bermula ketika dua orang warga Sinakma memberhentikan sebuah mobil pedagang kelontong dan menuduh mereka menculik seorang anak.
"Saat itu ada warga yang melapor kepada polisi dan kemudian Kapolres mendatangi lokasi kejadian untuk bernegosiasi dengan warga," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo di Mimika, Kamis.
Benny menyebut, saat Kapolres Jayawijaya membujuk warga menyelesaikan masalah di Mapolres, tiba-tiba ada sekelompok massa yang datang dan berteriak-teriak.
"Polisi kemudian memberi tembakan peringatan tapi tidak diindahkan massa yang justru semakin brutal," kata dia.
Menurut dia, perbantuan pasukan dari Brimob dan TNI yang datang ke lokasi kejadian tidak membuat massa mundur.