TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selain menyisakan duka, kematian dokter Mawartih Susanty, SpP di rumah dinasnya di Nabire, Papua menunjukkan suatu kendala di dunia kesehatan tanah air.
Yaitu jaminan keamanan, keselamatan dan akses infrastruktur yang belum memadai.
Situasi ini berakibat menjadi kendala bagi para dokter spesialis untuk bertugas secara maksimal.
Terkait hal ini, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta pemerintah memberikan jaminan keamanan dan keselamatan pada para tenaga kesehatan yang bertugas di daerah tersebut.
Padahal, kebutuhan tenaga kesehatan sangat dibutuhkan, khususnya pada Indonesia bagian timur.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum PB IDI, DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT.
Berdasarkan data dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, jumlah Dokter Spesialis Paru untuk Indonesia Timur hanya kurang lebih 50 dokter.
Kebutuhan dokter spesialis paru sangat dibutuhkan utamanya daerah-daerah seperti Nabire.
“Salah satu kendala adalah belum ada jaminan keselamatan dan keamanan dari pemerintah pusat maupun daerah bagi para tenaga kesehatan yang bertugas, terutama di wilayah terpencil dan wilayah konflik," ungkapnya pada keterangan yang diterima Tribunnews, Senin (13/3/2023).
Selain itu, menurutnya pemerintah perlu memperbaiki infrastruktur akses baik menuju antar desa atau daerah.
Begitu juga infrastruktur menuju fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan dokter maupun masyarakat bisa mengakses layanan dan fasilitas kesehatan dengan lebih baik.
"Kendala pemerataan dokter spesialis di daerah terutama wilayah terpencil akan sulit diatasi apabila hal-hal seperti jaminan keamanan dan keselamatan serta akses infrastruktur tidak diperbaiki oleh pemerintah,” tegas dr Adib.
Baca juga: PB IDI Koordinasi dengan IDI Wilayah Papua, Kawal Investigasi Kematian Dokter Mawar
PB IDI akan terus mengawal agar kasus meninggalnya Dr Mawartih ini diusut tuntas.