News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kasus Korupsi di Universitas Udayana

Soal Dugaan Korupsi Rektor Unud, Kampus Pertimbangkan Praperadilan hingga akan Kembalikan Uang SPI

Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Suci BangunDS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rekotrat Universitas Udayana - Berikut ini kabar terbaru soal kasus dugaan korupsi yang jerat Rektor Universitas Udayana (Unud), I Nyoman Gde Antara.

Angka Rp1,8 miliar tersebut, ternyata berasal dari sistem mekanisme tahun lalu, yang datanya disalin namun server tidak menghapus data awal.

“Semisal mencanteng angka Rp8 juta (di sistem SPI) tidak mau (di sistem). Setelah dicek terjadi kesalahan. Contoh unik, saya sudah lulus Rp6 juta saya tambahkan Rp10 juta (dana SPI) dan transfernya masuk (rekening Unud),” imbuhnya.

Ia juga mencontohkan, ada mahasiswa yang SPI-nya Rp0 namun tetap ingin menyumbangkan dana SPI ke rekening Unud karena teman-teman mahasiswa membayar dana SPI.

Dana tersebut, didapat dari transfer, bukan pungutan langsung.

Dan angka Rp1,8 miliar ini rencananya akan dikembalikan oleh Unud ke mahasiswa-mahasiswa penyumbang SPI.

“Dengan angka Rp 1,8 miliar, kami sampaikan kepada Deputi III Kemkumham Universitas Udayana siap akan mengembalikan. Satu pedoman Unud adalah negara. Negara tidak boleh memaksa rakyatnya,” tutupnya.

Baca juga: Profil I Nyoman Gde Antara, Rektor Universitas Udayana Tersangka Korupsi Dana SPI

Diketahui, Rektor Unud telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi.

Ia ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati) Bali, terkait korupsi Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) mahasiswa baru (Maba) seleksi jalur mandiri tahun 2018-2022.

Penetapan tersangka tersebut, diumumkan oleh Putu Agus Eka Sabana Putra, Kepala Seksi Penerangan dan Hukum (Kasi Penkum) Kejati Bali.

Agus mengatakan, Antara merupakan tersangka keempat setelah sebelumnya tersangka lainnya yaitu tiga pejabat Unud lainnya, yakni berinisial IKB, IMY, dan NPS.

“Berdasarkan alat bukti yang ada, penyidik menemukan adanya keterlibatan tersangka baru. Sehingga pada tanggal 8 Maret 2023, penyidik menetapkan satu orang tersangka, yaitu saudara Prof DR INGA,” ujarnya.

(Tribunnews.com, Renald)(Tribun-Bali.com, Ni Luh Putu Wahyuni Sari)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini