TRIBUNNEWS.COM - Jumlah korban kasus pencabulan yang dilakukan pelatih Taekwondo di Solo, Jawa Tengah, bernama Donny Susanto terus bertambah.
Saat kasus dilaporkan pertama kali pada Maret 2023, korban berjumlah 3 murid laki-laki yang masih di bawah umur.
Donny Susanto sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan sejak 24 Maret 2023.
Meski Donny Susanto sudah ditahan, kuasa hukum korban Widhi Wicaksono masih menerima aduan terkait kasus ini.
Hingga kini total sudah ada 10 murid yang melapor menjadi korban pencabulan.
Baca juga: Ketua Pengkot Taekwondo Solo Terpilih Ternyata Pernah Diperiksa Kasus Pencabulan Murid Tersangka DS
Widhi Wicaksono mengatakan 10 korban tersebut memiliki bukti dan akan dilaporkan ke Polresta Solo.
Jumlah tersebut hanya dari korban yang memiliki bukti karena korban lain yang melapor tidak memiliki bukti sehingga tidak dapat diproses laporannya.
"Jadi itu (10 korban) yang mengadu, yang kami anggap cukup bukti. Jadi yang mengadu tidak cukup bukti banyak."
"Kami anggap bahwa tidak cukup bukti, terlalu lama, bekasnya sudah hilang jadi itu tidak kami terima," ujarnya, Rabu (10/5/2023), dikutip dari TribunSolo.com.
Menurut Widhi bertambahnya jumlah korban tidak dapat dimasukkan ke berkas perkara kepolisian.
Laporan dari 10 korban akan digunakan sebagai bukti Donny Susanto sudah melakukan pencabulan sejak lama.
Baca juga: Kejanggalan Muskot Taekwondo Solo, FX Rudy Ditolak jadi Ketua dan Protes Keluarga Korban Pencabulan
"Paling kami nanti kasih catatan untuk kami sampaikan ke polisi. Bahwa tindakan ini sudah terjadi lama banget dari tahun 2000-2010," sambungnya.
Selain itu, ia menyebut ada pelaku lain dalam kasus pencabulan yang dilakukan di tempat latihan Taekwondo.
"Karena kok mengetahui tindak pidana itu. Tapi, kami tidak bisa mengumumkan itu karena yang menyatakan tersangka polisi," imbuhnya.
Ia mengaku terus berkomunikasi dengan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming terkait perkembangan kasus pencabulan.
Termasuk dojang yang dibuka untuk latihan meski sempat ditutup oleh Pemerintah Solo.
"Kami juga laporkan ke mas wali kalau dojangnya setelah kasus ini viral masih buka. Lha waktu itu tetap buka nekat dia," tandasnya.
Baca juga: Kaesang Diisukan Akan Diusung Partai Gerindra di Pilkada Solo, Begini Reaksi Gibran
Gibran Menduga Ada Pelaku Lain
Gibran Rakabuming mengungkapkan jumlah korban pencabulan guru Taekwondo tidak hanya tiga orang.
Meski dilaporan kepolisian tertulis tiga korban, tapi masih banyak korban yang mengadu tapi tidak memiliki bukti.
"Yang terekspos baru 3. Asline banyak," jelasnya, Selasa (9/5/2023).
Ia menduga ada pelaku lain dalam kasus ini karena jumlah korban yang banyak.
"Korban sebanyak itu tidak mungkin tersangkanya hanya satu," tegasnya.
Politisi partai PDIP ini sudah menemui empat korban yang didampingi orang tua dan menemukan kesaksian ada pelaku lain terlibat.
"Kalau saya mendengar keluhan dari para orang tua korban, ya ada."
"Untuk urusan hukum kami kembalikan ke pak Kapolres," tuturnya.
Baca juga: Minta Stadion Manahan jadi Lokasi FIFA Match Day, Gibran Ingin Obati Kekecewaan Warga Solo
Gibran Protes Hasil Muskot Taekwondo Solo
Gibran mengaku kecewa dengan hasil Muskot karena ketua yang terpilih memiliki kedekatan dengan pelaku pencabulan, Donny Susanto.
"Ketuanya baru, saya tidak setuju kalau ketuanya itu. Biar diurus KONI dan lainnya."
"Intinya kasus kemarin (pelecehan seksual oleh Ketua Pengkot Taekwondo sebelumnya) terus dikembangkan. Soalnya korbannya bertambah," ungkapnya.
Ketua Pengkot Taekwondo yang baru terpilih juga satu dojang (tempat latihan) dengan Donny Susanto.
Hal ini membuat Gibran memprotes hasil Muskot.
Ia mengaku memiliki tanggungjawab kepada para orang tua korban pencabulan yang juga tidak setuju dengan hasil Muskot.
Menurut Gibran, Muskot yang diadakan juga janggal karena tanpa ada pemberitahuan ke KONI.
Baca juga: Gibran Kontak Erick Thohir agar Solo Bisa Gelar Laga Timnas Indonesia vs Argentina
Dirinya yang menjabat sebagai Wali Kota Solo juga tidak diundang.
"(Pemilihan Ketua Pengkot) Lha embuh, tiba-tiba buat Muskot, kene ra diundang (saya tidak diundang). KONI juga, belum mendengar masukan-masukan dari Dojang lain."
"Kemarin ada protes ibu-ibu dan bapak-bapak korban. Masak dipilih dari Dojang yang sama. Itu masalah etika," tandasnya.
Gibran meminta Pengkot Taekwondo Solo mengembalikan kepercayaan masyarakat karena nama Taekwondo di Solo sudah tercoreng.
"Saya yakin banyak calon-calon yang lebih baik, lebih bagus juga. (Aklamasi) koyo ra eneng liyane (seperti tidak ada yang lain)," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Mohay) (TribunSolo.com/Adi Surya/Andreas Chris)