TRIBUNNEWS.COM, EMPAT LAWANG - Maemuna (10) warga desa Selama Ilir kecamatan Muara Pinang Empat Lawang jadi calon jemaah haji (CJH) tertua di provinsi Sumatera Selatan.
Saat dijumpai Tribunsumsel.com, Sabtu (20/5/2023) Maimuna yang pendengaran sudah agak berkurang harus ditemani anak dan cucunya ketika berbincang.
Baca juga: PPIH Arab Saudi Minta Katering Jemaah Haji Jaga Cita Rasa Indonesia
Sang cucu bernama Lise, menyebut kondisi fisik neneknya masih sehat namun memang kendala hanya pendengaran kurang.
"Selebihnya alhamdulillah nenek sehat, semua masih dilakukan sendiri secara mandiri mulai dari mencuci pakaian, makan, minum, berjalan masih gagah, alhamdulillah nenek sehat hanya kurang mendengar saja kalau ngobrol harus kencang," kata Lise .
Diceritakan Lise neneknya mendaftar haji sekitar tahun 2018, lalu setelah menunggu 5 tahun akhirnya mendapat jadwal untuk berangkat ke tanah suci tahun 2023 ini.
Sang Nenek, dikatakan Lise bakal berangkat sendirian lantaran tidak ada keluarga yang menemani ke Mekkah dan Madinah nantinya.
"Berangkat dari Empat Lawang sendirian kemudian nanti di Kota Mekkah dan Madinah akan ada penjaga 1 orang yang akan mengawal kegiatan selama di sana," ujar Meylise.
Baca juga: Pelunasan Biaya Calon Jemaah Haji Terkendala, Bos BSI Telah Minta Setiap Cabang Jemput Bola
Sementara itu, Ningsih anak dari Nenek Maimuna menambahkan jika ibunda berangkat haji dengan uang tabungannya sendiri.
Uang tersebut merupakan hasil dari jual rumah serta panen dari kebun kopi.
"Daftar haji pada tahun 2018 itu biayanya sekitar Rp 49 juta kurang lebih, biaya dari tabungan ditambah jual rumah beserta hasil panen kebun kopi sedikit-sedikit," kata Ningsih.
Sementara Kasi Haji dan Umrah Kemenag Empat Lawang, Moch Sirojudin memyampaikan untuk tahun 2023 jumlah CJH yabg akan diberangkatkan masih belum final karena belum ada data resmi.
"Tapi perkiraan jumlahnya 64 orang, ditambah jamaah cadangan yang sudah pelunasan kurang lebihnya 9 orang jadi total ada 73 orang," imbuhnya.
Dulu Kerja Jual Sayur
Nenek Maemuna, perempuan kelahiran tahun 1920 ini pada masa mudanya bekerja sebagai pedagang sayur mayur
Ia bercerita dulu berjualan sayur mayur hingga ke beberapa daerah yang ada di Sumatera Selatan.
"Ambil sayur di Jarai dan Pagar Alam dulu terus dijual sampai ke Prabumulih," kata Maimunah sembari dibantu cucu dan anakya yang menerjemahkan ke bahasa Indonesia.
Adapun saat ini ia tinggal di rumah anak bungsunya di Desa Selaman Ilir, Kecamatan Muara Pinang Empat Lawang.
Ia tinggal dirumah yang terbilang sedang saja tidak begitu mewah dan tidak juga begitu sederhana, anak bungsunya berprofesi sebagai pemasok atau supplier hasil pertanian seperti buah kemiri.
Baca juga: Politikus PKB Berharap Jokowi Dapat Melepas Keberangkatan Perdana Jemaah Haji di BIJB Kertajati
"Anak saya ada 6, cucu 29 dan piot atau cicit itu ada 32. Kalau suami sudah meninggal kira-kira 18 tahun yang lalu sekitar tahun 2005, tahun yang sama saat salah satu anak kami menikah," katanya.
Kepada wartawan ia menyampaikan untuk keberangkatannya sendiri ia telah melakukan beberapa persiapan pribadi dengan selalu menjaga kesehatan.
"Pastinya jaga kesehatan makan dan istirahat teratur dan juga perbanyak berdoa dan mengaji," ujarnya.
Penulis: Sahri Romadhon
Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul Kisah Maemuna Calon Haji Tertua di Sumsel, Usia Kini Menginjak 103 Tahun dan Sempat Menunggu 5 Tahun