News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dua Kabupaten di NTT Berstatus KLB, Sudah 31 Ribu Orang Digigit Hewan Rabies

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dokter hewan drh Kania Rifa Iradatya dan drh Kharisma Dwi Veteriananta memeriksa kesehatan dan memvaksinasi seekor anjing peliharaan milik warga di K+ Mobile Vet, di Kompleks Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (18/11/2022). K+ Mobile Vet merupakan mobil klinik hewan keliling pertama di Indonesia yang dibangun atas gagasan Pangdam III/Siliwangi, Mayor Jenderal TNI Kunto Arief Wibowo dengan tujuan bisa menjangkau dan memudahkan warga mendapatkan pelayanan untuk pemeriksaan kesehatan hewan peliharaannya. Fasilitas yang diberikan di K+ Mobile Vet ini diantaranya suntik vaksin rabies, medical check up, vitamin, vaksinasi, lab mikroskopis, scaling gigi, steril, operasi, dan lainnya yang pelayanannya ditangani dua dokter hewan muda yakni Kania Rifa Iradatya dan Kharisma Dwi Veteriananta, dengan pembimbing drh Anang Dwi Atmoko. Kegiatan pelayanan K+ Mobile Vet di Kompleks Batununggal selama dua hari ini mendapat dukungan dari Koramil 14/Bandung Kidul dan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini ada dua kabupaten di Indonesia yang berstatus kejadian luar biasa (KLB) rabies yaitu Kabupaten Sikka dan Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Kami dapat laporan baru ada dua kabupaten yang menyatakan KLB, yaitu kabupaten Sikka di NTT, satu lagi, kabupaten timur tengah selatan (TTS)," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, dr. Imran Pambudi, MPHM pada konferensi pers virtual, Jumat (2/6).

Imran pun menyebutkan jika sebelumnya TTS yang berada di Pulau Timor tidak pernah ada kasus rabies.

"Jadi begitu ada satu, bahaya banget. Kalau Flores sudah beberapa tahun lalu sudah ada. Begitu ada perlu ditetapkan KLB," katanya lagi.

Lebih lanjut dr Imran pun menjelaskan perihal ketersediaan vaksin rabies. Pada 2023, Kemenkes sudah mengadakan vaksinasi untuk rabies sebanyak 241.700 vial dan 1650 vial untuk Serum antirabies (SAR). Saat ini, pihaknya juga sudah mendistribusikan vaksin ke provinsi hampir 227 ribu vial.

Sedangkan untuk SAR, sudah ada 1550 vial. "Daerah juga mereka mengadakan vaksin rabies seperti Bali. Mereka punya dana untuk membeli vaksin anti rabies. Karena kalau semua mengandalkan pusat, saya kira berat ya," paparnya lagi.

Ia pun menjelaskan ketersediaan di lapangan sangat bervariasi dari seberapa banyak kasus yang terjadi di lapangan. "Tapi yang jelas kami sudah mempunyai stok, melakukan pengadaan dan sudah diplot ke provinsi," ujarnya.

Terkait Covid

Dr Imran juga menduga kemunculan penyakit rabies tersebut berkaitan dengan pandemi covid-19.

"Jadi kemarin melakukan rapat koordinasi dengan Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Kemenko PMK, itu memang sepertinya ada hubungannya dengan pandemi covid-19," ungkapnya.

Pada 2020, kasus orang yang digigit ada 82.634, yang diberi vaksin anti rabies hampir 57 ribu dan sebanyak 40 orang meninggal. Sedangkan tahun 2021 ada 57.257 kasus dan 62 orang yang meninggal.

Puncak kasus terjadi pada 2022 yaitu 104.229 kasus gigitan dengan 102 kasus kematian.

"Jadi, pada tahun 2019, 2020, 2021, itu kan zaman Covid-19, semua kegiatan berhenti. Termasuk vaksinasi terhadap hewan," paparnya lagi.

Pada 2020, manusia masih di rumah sehingga tidak bersinggungan dengan hewan sehingga kasus masih tidak terlalu tinggi.

Baca juga: Kasus Rabies Menyebar di 10 Provinsi, Apa Itu Rabies, Bagaimana Cara Penanganannya Jika Terinfeksi?

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini