Ini dapat menjadi salah satu strategi efektif dalam upaya menghidupkan ekosistem pariwisata, ekonomi kreatif dan industri kecil menengah di Kabupaten Sigi.
Melalui festival ini, kata Irwan, kolaborasi multipihak dapat tercipta melalui pengenalan terhadap kearifan lokal, budaya, potensi alam, hingga komoditas lokal yang dapat menjadi tumpuan ekonomi masyarakat.
Irwan mengatakan bahwa sejak 2020, kabupaten yang dipimpinnya mulai bereksperimen dengan berbagai cara inovatif termasuk hilirisasi berbasis alam yang dikembangkan secara kolaboratif bersama mitra dan orang muda daerah sebagai penggerak utama.
Festival Lestari juga menghadirkan Forum Bisnis dan Investasi Inovasi Berbasis Alam untuk membuka peluang kerja sama, dan kolaborasi multipihak dalam mendukung implementasi pembangunan lestari di Indonesia.
"Kami melihat potensi inovasi basis alam sebagai jangkar bagi pendekatan pengelolaan kawasan yang lebih lestari bagi Sulawesi Tengah, Indonesia, bahkan dunia. Jika kita bergotong royong, model ini bisa dikembangkan menjadi Kawasan Ekonomi Restoratif dalam konteks cagar biosfer yang membuktikan bahwa dalam kawasan tersebut lingkungan bisa dijaga secara konsisten dan masyarakatnya betul-betul sejahtera," tegas Irwan.
Kepala Sekretariat LTKL, Gita Syahrani mengatakan bahwa forum ini digelar untuk mewujudkan pembangunan lestari.
"Sebab dalam upayanya membutuhkan dukungan banyak pihak dari sisi teknis, investasi, transaksi dan pendanaan," kata Gita.
Ada lima fokus prioritas yang akan dikembangkan dalam forum ini, yakni pengembangan ekonomi berbasis multi usaha kehutanan, peningkatan produktivitas komoditas perkebunan ekonomi berbasis dan agroforestri dengan praktek berkelanjutan.
Lalu pengembangan industri hilirisasi berbasis alam menjadi produk bernilai tambah, jasa ekosistem dan ekowisata.
Inovasi berbasis alam tidak hanya menyasar rantai pasok komoditas, tetapi juga menyasar percepatan pertumbuhan UMKM dan nilai transaksi pelaku usaha kecil dan menengah, sejalan dengan target Bangga Buatan Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp 50 Miliar untuk 2023.
Direktur Perencanaan Sumber Daya Alam Kementerian Investasi, Ratih Purbasari Kania mengatakan bahwa saat ini tren investasi yang mengutamakan dampak (selain keuntungan) semakin meningkat.
Terlebih dengan semakin banyaknya bencana alam karena dampak perubahan iklim serta pandemi Covid-19, banyak investor yang tidak hanya berharap mendapatkan keuntungan, namun juga investasi yang digelontorkan dapat menciptakan dampak positif.
Baca juga: Pelajar di Sigi Naik Alat Berat untuk Berangkat Sekolah, Begini Kisahnya
"Dalam implementasi ini, tidak hanya pemerintah pusat yang memegang peranan penting mewujudkan target ekonomi hijau, keterlibatan pemerintah daerah juga sangat dibutuhkan untuk mendorong kolaborasi," jelas Ratih.