Laporan Wartawan Tribun Banyumas Agus Salim Irsyadullah
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Masyarakat Jawa Tengah diminta mewaspadai potensi kekeringan akibat El Nino yakni fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur.
Kondisi ini mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudera Pasifik Tengah.
"Akibatnya, potensi curah hujan menurun. Hal ini memicu kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah Sukasno dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/6/2023).
Sukasno mengatakan, perlu adanya langkah strategis mengantisipasi dampak El Nino.
"Utamanya, sektor-sektor yang sangat terdampak, semisal sektor pertanian, terutama tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air.
Baca juga: El Nino: Beberapa daerah di Indonesia mulai alami kelangkaan air bersih
Situasi saat ini perlu diantisipasi agar tidak berdampak pada gagal panen yang dapat berujung pada krisis pangan," kata Sukasno.
Berdasarkan pengamatan BMKG terhadap suhu muka laut di Samudra Pasifik, La Nina berakhir pada Februari 2023 sementara itu, sepanjang periode Maret-April 2023, ENSO berada pada fase Netral.
"Mengindikasikan tidak adanya gangguan iklim dari Samudra Pasifik pada periode tersebut," ujarnya.
Dengan peluang lebih dari 80 persen, ENSO Netral diprediksi mulai beralih menuju fase El Nino pada periode Juni 2023.
Bahkan, diprediksi, akan berlangsung dengan intensitas lemah hingga sedang.
Di sisi lain, iklim di Samudera Hindia bakal mengalami gangguan IOD (Indian Ocean Dipole) di bulan Maret-April.
IOD tersebut berada pada fase Netral dan diprediksi berpeluang akan beralih menuju fase IOD Positif mulai Juni 2023.
"Kombinasi dari fenomena El Nino dan IOD Positif yang diprediksi akan terjadi pada semester dua 2023 tersebut dapat berdampak pada berkurangnya curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia selama periode musim kemarau 2023."
"Bahkan, sebagian wilayah diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori Bawah Normal (lebih kering dari kondisi normalnya), hingga mencapai hanya 20 mm per bulan dan beberapa wilayah mengalami kondisi tidak ada hujan sama sekali (0 mm/bulan)," paparnya.
Baca juga: Kekeringan Mulai Melanda Wilayah Bringin Semarang, SD Negeri Rembes 1 Minta BPBD Kirim Air Bersih
Ia juga memprediksi, musim kemarau di Jateng 2023 mencapai puncaknya pada bulan Agustus.
"Sifat hujan musim kemarau tahun 2023 umumnya diprakirakan di bawah normal sampai normal," jelas Sukasno.
Sukasno mengimbau masyarakat di Jateng agar efisien dalam penggunaan air.
"Antisipasi terhadap kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan air karena adanya potensi kekeringan dalam periode musim kemarau," sambungnya. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunBanyumas.com dengan judul BMKG Peringatkan Potensi Kekeringan di Jateng akibat El Nino, Warga Diminta Menghemat Air