Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina
TRTRIBUNNEWS.COM, LOMBOK - Hasil penelitian tim PVMBG tanah retak yang terjadi di Desa Kaowa, Kecamatan Lambitu terjadi yang dipicu pergerakan tanah memberikan ancaman pada warga.
Ketua Tim PVMBG Badan Geologi ESDM Muhammad Kibar mengatakan, retaknya tanah disebabkan beberapa faktor.
Mulai dari karakter batuan/geologi, kemiringan lereng, saluran air permukaan (drainase) yang kurang baik, serta dipicu curah hujan intensitas tinggi dan durasi yang cukup lama.
Tim merekomendasikan agar masyarakat yang berada disekitar lokasi bencana, selalu meningkatkan kewaspadaan.
Terutama pada saat dan setelah hujan deras yang berlangsung lama, karena masih berpotensi terjadinya gerakan tanah susulan.
Baca juga: DPR Wanti-wanti Menteri ESDM Soal Peraturan Ekspor Pasir Laut: Bisa Dipanggil Aparat Hukum
Rekomendasi Tim juga menjelaskan, daerah bencana akan terus mengalami pergerakan lambat jika curah hujan relatif tinggi.
Bahkan masih bisa mengalami perluasan pergerakan, baik pada jalan maupun pada lahan pertanian.
Karena itu, apabila muncul retakan di tanah sarannya, segera menutupnya dengan plastik.
Juga bisa dengan tanah liat/lempung, yang dipadatkan, serta mengarahkan aliran air menjauh dari retakan untuk mengurangi peresapan air dan melakukan pengecekan secara rutin.
Saluran drainase/aliran permukaan, juga perlu ditata dengan baik di bagian atas dan dalam jangka pendek, harus diupayakan air tidak masuk ke dalam lokasi mahkota/zona gerakan tanah.
Sedangkan dalam jangka panjang, perlu dibuat saluran kedap air dan diusahakan tidak melewati tengah pemukiman.
Tim juga merekomendasikan agar masyarakat setempat, menjaga vegetasi di zona gerakan tanah (daerah terdampak).
Vegetasi yang memiliki akar yang kuat dan dalam, sehingga bisa memperkuat kestabilan lereng.
Bangunan yang rusak dan berada area terdampak/jalur retakan, yang berpotensi terjadinya gerakan tanah susulan, sebaiknya direlokasi ketempat yang lebih aman dari ancaman bencana gerakan tanah.
"Lokasi ini masih berpotensi untuk terjadi gerakan tanah susulan, sehingga perlu sosialisasi ke masyarakat agar lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana gerakan tanah," tandas Kibar.
Untuk diketahui, fenomena retakan tanah di Bima terjadi pada 2 tempat yang berbeda.
Yakni di Dusun Muku Desa Sanolo Kecamatan Bolo dan di Desa Kaowa Kecamatan Lambitu.
Letak 2 Kecamatan ini cukup jauh dan memiliki karakteristik geografi yang berbeda.
Desa Sanolo berada di dataran rendah, bahkan berhadapan dengan wilayah laut.
Sedangkan Desa Kaowa, berada di dataran tinggi pegunungan.
Namun keduanya memiliki fenomena yang sama, yakni retakan tanah yang diawali lebih dulu di Desa Kaowa, baru kemudian muncul di Desa Sanolo, tepatnya di Dusun Muku.
Artikel ini telah tayang di TribunLombok.com dengan judul Fenomena Tanah Retak di Bima, Tim PVMBG Sebut Potensi Gerakan Susulan Masih Ada