Lokasi penyembelihan pun disiram dengan formalin sebanyak 3 kali sejak 3 Juni 2023.
Sebanyak 77 sapi dan 289 kambing diberi antibiotik, dan dua pekan setelahnya atau sekitar tanggal 20 Juni diberikan vaksin.
Menurut Retno, hasil pemeriksaan terakhir pada 17 Juni 2023 menyatakan sampel tanah positif antraks.
Sampel tanah pun rencananya akan diambil lagi untuk pemeriksaan terbaru.
"Kalau masih positif, maka lokasi penyembelihan akan disiram formalin lagi, kalau negatif tanahnya akan kami cor beton agar tidak berbahaya," katanya.
Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari mengatakan tiga sapi tersebut ada yang dibeli dari luar wilayah Gunungkidul, namun ada yang dari lokal.
Baca juga: 12 Warga Gunungkidul DIY Positif Antraks
Berdasarkan hasil pemeriksaan menyeluruh, total ada 6 sapi dan 6 kambing dari Pedukuhan Jati yang positif antraks.
DPKH Gunungkidul langsung melakukan lokalisasi alias pembatasan pergerakan ternak dari Jati, Gunungkidul.
Langkah ini dilakukan sejak 2 Juni 2023, atau setelah laporan temuan kasus diterima.
"Jadi saat Iduladha pun dipastikan tidak ada ternak keluar dari sana, karena sudah distop," kata Wibawanti.
Pihaknya pun mengintensifkan sosialisasi ke masyarakat terkait pencegahan antraks.
Sosialisasi melibatkan perangkat setempat mulai dari kapanewon hingga pedukuhan.
Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto mengimbau kepada warga untuk tidak mengkonsumsi hewan ternak yang sakit dan mati.
"Imbauannya adalah kepada warga masyarakat yang memiliki ternak terutama kalau sudah ada sakit itu ya jangan disembelih, jangan dikonsumsi. Apalagi kalau sudah mati masih dibrandu bahasanya nggih, kalau di Gunungkidul dibrandu (dibeli bersama-sama dan dibagikan)," kata dia.