Dia membeli lahan tersebut dari seorang pemilik tanah yang merupakan warga asli di lingkungan setempat.
Selang beberapa lama kemudian, pemilik tanah menjual lahannya di sekitar rumah Ngadenin ke pengusaha hotel.
Ngadenin kemudian terpaksa pindah dan kembali membeli tanah dan rumah di lokasi bedekatan, hanya saja tidak lagi tepat di pinggir jalan.
Pemilik lahan ternyata menjual tanah di sekitar rumahnya tanpa menyisakan sedikit pun akses jalan.
"Ini semuanya dulu kan memang yang punya itu satu orang, saya beli di sini awalnya ada jalan, katanya sudah diwakafkan, tapi akhirnya dijual semua ke hotel sama jalannya saya gak tahu," terangnya.
Tidak dapat solusi
Sebelumnya, Ngadenin sudah berusaha berkomunikasi dengan pemilik hotel sebelum bangunan itu berdiri.
Namun, pemilik hotel tidak menawarkan solusi untuk mengatasi permasalahan akses rumahnya.
Ngadenin mengaku, ia justru mendapatkan respons kurang mengenakan dari pihak pemilik hotel.
"Belum ada (solusi) ya itu kalau saya ngomong sama pihak pemilik hotel pas sudah ketutup total gini ya itu, 'Pak haji (pemilik hotel) kalau kita mau pulang ke rumah gimana?'," ujar Ngadenin.
"Dia malah jawab seenaknya 'Harus beli helikopter dulu'," lanjutnya, Sabtu (8/7/2023).
Baca juga: Akhirnya Temui Titik Terang, Pria Ponorogo Ajukan Syarat untuk Bongkar Tembok yang Tutupi Jalan
Tak hanya Ngadenin, terdapat dua orang tetangganya yang bernasib serupa.
Satu di antaranya memilih menyerah dan menjual rumahnya ke pihak hotel.
Meski memilih bertahan, ia tidak lagi menempati rumahnya lantaran kondisinya sudah tidak layak huni.