Terpisah Kepala SMA Negeri 9 Kota Bengkulu, Basuki Dwiyanto mengakui bahwa benar ada peristiwa perundungan yang dialami oleh salah satu muridnya.
Hari ini sebagai tindak lanjut, dirinya sudah memfasilitasi pertemuan antara orangtua korban dan oknum guru maupun oknum pelajar yang diduga menjadi pelaku perundungan.
"Hari ini kita sudah fasilitasi, kita pertemukan antara siswa maupun guru yang diduga melakukan perundungan, yang disampaikan keluarga korban, dan diakhiri dengan permintaan maaf," kata Basuki.
Atas kejadian tersebut, Basuki mengatakan, secara kelembagaan pihaknya pasti sangat menghindari adanya perbuatan perundungan.
Namun tentunya hal tersebut memang merupakan tugas yang berat apalagi mengingat para pelajar juga bukan hanya dididik di sekolah, namun juga dilingkungan tempat tinggalnya.
Baca juga: Menkes Beberkan Bentuk Bully di Lingkungan Dokter: Disuruh Antar Laundry hingga Urus Parkir
"Tapi secara kelembagaan kita tidak menginginkan ini terjadi. Anak kita ini butuh bimbingan, bukan hanya mengajar tapi dididik juga. Namun namanya manusia mungkin dia memiliki keinginan yang baik, namun penyampaiannya yang nggak pas," ungkap Basuki.
Penderita autoimun
Siswi tersebut ternyata menderita penyakit autoimun.
Korban merupakan pasien di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak tahun 2021.
Karena korban diketahui menderita penyakit autoimun, dan bahkan saat ini masih mengkonsumsi obat secara rutin.
Penyakit autoimun sendiri yaitu ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri.
Bahkan akibat dampak dari penyakit tersebut korban sudah beberapa kali di rawat di rumah sakit, bahkan belum lama ini korban juga sempat dirawat di Rumah Sakit Tiara Sella selama 1 minggu lebih.
Baca juga: Sosok Siswa SMP di Temanggung yang Bakar Sekolahnya karena Di-bully Teman, Bukan Anak Nakal
"Padahal anak saya adalah pasien di RSCM sejak 2021 dan masih konsumsi obat rutin sampai saat ini, karena menderita autoimun. Bayangkan, anak yang sakit malah dirundung, ini pelajaran bagi kita semua, saya sudah tahan anak saya sejak kelas X dirundung, jadi jangan sampai ada korban lainnya," kata Hermika.
Sekolah tidak beri sanksi
Pihak sekolah tidak memberi sanksi terhadap 4 orang oknum guru dan 9 pelajar tersebut.
Usai kedatangan orangtua korban, sekolah hanya memfasilitasi orang tua korban bertemu dengan oknum guru dan pelajar yang diduga melakukan perundungan.