TRIBUNNEWS.COM - Korban selamat tambang emas maut di Banyumas, Usman Sugalih mengaku menyesal lantaran gagal menyelamatkan keponakan dan tujuh rekan seprofesinya.
Kenangan pahit pun masih teringat di kepala Usman Sugalih.
Berbeda nasib dengan kedelapan rekannya yang terjebak di dalam lubang tambang, dirinya menjadi salah satu yang selamat.
Pada saat peristiwa nahas terjadi, keberuntungan menghinggapi Usman lantaran dirinya kebetulan bekerja di shift siang.
Sementara para rekannya yang menjadi korban bekerja di shift malam.
"Saya shift siang, pukul 17.00 WIB saya keluar. Pukul 20.00 WIB malam Rabu pada masuk delapan orang itu."
"Dua jam kemudian saya dapet info ada yang bocor ke lubang, (korban) orang Bogor," katanya pada Rabu (2/8/2023) dikutip dari Tribun Jateng.
Baca juga: Setelah Tetapkan 4 Tersangka Kasus Tambang Ilegal di Banyumas, Polisi Masih Buru 1 Orang Lainnya
Usman pun langsung menuju lokasi usai mendengar kabar adanya kebocoran lubang di tambang tempat dirinya dan rekan-rekannya bekerja.
Sesampainya di lokasi, ia pun langsung berupaya menolong rekan-rekannya.
Namun, derasnya air yang menggenang membuat upaya Usman menolong para rekannya pupus.
"Saya cek ternyata betul di kedalaman 25 meter itu air sangat gede banget, dan saya ingin menolong rekan-rekan di dalam sangat tidak memungkinkan, akhirnya saya naik ke atas sekian menit air itu masuk ke sumuran pertama," terangnya.
Setelah itu, Usman masih tidak menyangka bahwa rekan seprofesinya telah tiada termasuk keponakannya yang terkubur di dalam lubang tambang emas.
Dirinya pun menegaskan bahwa segala resiko sebagai penambang emas sudah tergambar dibenaknya.
Namun, segala resiko itu sirna dan dikalahkan dengan tekad untuk mencari nafkah dengan keluarga.
"Kalau resiko mah udah tahu, kalau musibah kan enggak ada yang tahu mau dimana juga."
"Harapannya kan (korban) pulang semua, berhasil semua," ujarnya.
Baca juga: 8 Penambang Belum Ditemukan, Operasi Pencarian Dihentikan, Prasasti Dipasang di Lubang Tambang
Peristiwa nahas yang dialaminya para rekannya itu masih terekam jelas di dalam memorinya.
Pasca kejadian ini, Usman pun bersedia beralih profesi lain jika ada penawaran.
"Selain nambang saya mau kerja nyangkul juga siap saya kalau ada mah, demi mencukupi istilahnya buat makan dan jajan anak. Petani juga siap, karena saya dilahirkan dari anak seorang petani," ucapnya.
Seluruh Korban Tidak Dapat Dievakuasi, Operasi Tim SAR Dihentikan
Selama seminggu evakuasi sejak insiden terjadi pada Rabu (26/2/2023), Tim SAR pun mengumumkan penghentian untuk evakuasi.
Tangis haru keluarga pun mewarnai keputusan tersebut pada Selasa (1/8/2023).
Salah satu perwakilan keluarga korban, Idik (63), mengikhlaskan kepergian anggota keluarganya yang menjadi korban.
Dirinya pun turut mengapresiasi upaya tim SAR dan gabungan lantaran telah berusaha untuk melakukan evakuasi.
"Kami sudah ikhlas. Saya wakil dari pada pihak keluarga semuanya. Ketentuan dari Allah," ujarnya dikutip dari Tribun Jateng.
Baca juga: Ikhlas, Keluarga 8 Pekerja Tambang Emas di Banyumas yang Terjebak Pahami Proses Evakuasi Tak Mudah
Tangis keluarga korban juga pecah saat momen tabur bunga yang dilakukan di sekitar lokasi kejadian.
Senada dengan Idik, kakak kandung salah satu korban bernama Marmukmin (32), Marfudin (41) juga sudah mengikhlaskan kepergian para korban.
Apalagi melihat Tim SAR gabungan yang sudah bekerja selama tujuh hari dan berusaha secara maksimal.
"Terakhir ketemu mungkin sekitar 20 hari waktu mau ke sini, dia berangkat dari kampung. Dia pamit mau kerja, pesan-pesan tidak ada, saya tahunya mau nambang di Banyumas," terangnya.
Marfudin menyebut Marmukmin meninggalkan istri dengan dua orang anaknya yang masih kecil yaitu ada yang duduk di bangku TK dan berumur dua tahun.
Sebagai informasi, untuk mengenang para korban, dibuatlah sebuah batu nisan yang bertuliskan seluruh nama korban.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Jateng/Catur Waskito Edy/Permata Putra Sejati)