TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah mahasiswa dari UKMBS Komunitas Biroe (KOMBIR) IIB Darmajaya menggelar Art Show Of Kombir yang menjadi bagian dari kegiatan Gebyar Wajah Campuran (GWC) dengan Tema "Romansa Rumah Biroe" di Aula Rektorat IIB Darmajaya Bandar Lampung,Lampung, Sabtu (29/7/2023).
Acara ini terdiri dari beberapa konten yaitu, Pameran Seni Rupa yang dimana terdiri dari beberapa komunitas Seni Rupa yang ada dj Lampung yang berlangsung selama 3 hari.
Konten teater yang membawakan naskah berjudul "Pada Suatu Hari" Karya "Arif C Noer" yang disutradarai oleh "Putra Arif Qudsi (Jangek)".
Karya ini mempunyai pesan moral yang tinggi, menyikapi banyaknya sebuah kata perceraian yang terjadi dewasa ini yang didasari oleh perasaan cemburu, hal sepele yang tentunya tidak perlu lagi ada dalam mahligai rumah tangga.
Banyak asumsi yang mengatakan, bahwa sebuah pernikahan ibarat seperti sebuah mainan saja oleh sebagian besar orang, yang tentunya tidak memiliki keseriusan dalam menjalani bahtera rumah tangganya.
Peran seorang saudara atau orang tua kerap kali dapat menyelamatkan sebuah pernikahan, namun apakah yang terjadi jika tidak ada orang tua ataupun saudara? Apakah perceraian akan tetap terjadi.
Kuncinya adalah pada diri kita, sebagai manusia tentu bersinggungan dengan orang jelas terjadi, namun bagaimana kita menyikapinya kembali pada diri kita.
Renungkanlah apa yang akan terjadi jika sebuah perceraian ada dalam bahtera rumah tangga ? terlebih jika dalam rumah tangga itu telah memiliki anak, dan tentunya anak tidak tahu pasti tentang masalah yang dialami kedua orang tuanya.
Beban psikis tentunya akan benar –benar dirasakan oleh anak walau secara fisik mereka tidak memperlihatkan itu semua. Yang paling serius adalah sebuah tindakan yang tidak tepat saat memilih jalan.
Pada suatu hari, dari hari demi hari perceraian banyak terjadi, mulai dari rasa cemburu yang belum tentu kebenarannya, dan dalam penyelesaianya sarat dengan emosi, yang ada hanyalah saling baku lontar kejelekan pasangan, lalu bagaimana dengan ucapan-ucapan manis mereka sebelum menikah? Apakah mereka akan menjilat ludah sendiri?
Setidaknya bukan hanya diperuntukan bagi yang sudah menikah saja. Kita yang belum menikah tentunya bisa menjadikan kisah ini sebagai modal dasar untuk lebih siap dan hati-hati dalam memilih pasangan hidup.
Tidak hanya manis di muka, tetapi cobalah menjadikan hidup ini manis di setiap waktunya. Agar kata-kata perceraian tidak lagi terucap di kemudian hari.
Konten Tari "Sesambut"
Tarian ini menggambarkan kegigihan seorang wanita dengan penuh jerih payah dan tekat yang bulat dalam mendirikan sebuah lembaga pendidikan.
Tidak luput kegigihan seorang wanita tersebut dibantu oleh peran pasangan yg selalu ada menemaninya dan membantu disetiap saat maka terbentuklah lembaga pendidikan pada sebuah yayasan yang dulunya diberi nama STIE dan STIMIK Darmajaya lalu berubah menjadi Institut Informatika Dan Bisnis Darmajaya.
Konten Puisi yang dibawakan oleh Heri Setiwan (Obey) dengan Judul "Sebuah Jaket Berlumuran Darah" Karya "Taufik Ismail".
Kata-kata dalam puisi Sebuah Jaket Berlumur Darah menggambarkan perjuangan hingga terjadinya tumpah darah untuk merebut kemerdekaan RI.
Puisi Sebuah Jaket Berlumur Darah Karya Taufik Ismail dapat dijadikan motivasi, pengingat diri saat hari kemerdekaan Indonesia agar rasa nasionalisme bangkit.
Konten puisi yang bawakan oleh Oki (Galon) dengan Judul "Bilamana Kau Datang" Karyanya sendiri. Konten Tari "Nemui".
Tarian ini terinspirasi dari salah satu falsafah hidup orang lampung yaitu Nemui Nyimah yang berarti perilaku sopan santun, bermurah hati, serta ramah tamah terhadap semua pihak yang datang.
Zaman dahulu, masyarakat Lampung menyuguhkan Cambai (daun sirih) kepada tamu yang berkunjung kerumah mereka, hal ini dikarenakan Cambai memiliki makna sebagai ungkapan penghormatan, keterbukaan, serta kasih sayang, yang sesuai dengan arti dari Nemui Nyimah.
Seiring berkembangnya zaman, tradisi menyuguhkan Cambai kepada tamu sudah jarang dilakukan lagi, namun saat ini masyarakat lampung memiliki tari Sigeh Penguten yang memiliki fungsi sebagai penyambutan tamu Agung yang disimbolkan dengan pemberian sekapur sirih.
Sehingga dengan demikian tradisi menyuguhkan Cambai yang didalamnya terkandung nilai- nilai Nemui Nyimah akan selalu lestari dari masa ke masa.
Konten Tari "Rumah Bumei", karya ini terinspirasi dari budaya lampung yaitu membangun rumah (nuwo), sebelum membangun sebuah rumah masyarakat Lampung mempunyai ritual tersendiri yaitu sebelum memijak tanah (bumei) mereka harus meminta izin terlebih dahulu.
Ritual ini dipercayai masyarakat lampung sebagai penolak bala agar yang menepati rumah nantinya dijauhkan dari mara bahaya.