TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Aksi protes atas dugaan penghinaan yang dilakukan pengamat politik, Rocky Gerung terhadap Presiden Jokowi terus berlanjut.
Sebanyak 15 orang yang mengatasnamakan kelompok Peduli Etika dan Adab (Pelita) melakukan protes dengan membentangkan spanduk di Bundaran Gladak dan Jembatan Pasar Gedhe Solo, Rabu (9/8/2023).
Spanduk yang dibentangkan tersebut bertulisan 'Tonggone Jokowi Ora Trimo, Rocky Gerung Ojo Kumalungkung. Dari Solo untuk Indonesia'
(Tetanggnya Jokowi tidak terima, Rocky Gerung jangan arogan. Dari Solo untuk Indonesia).
Koordinator Pelita, Narimo (50) mengatakan bahwa aksi yang ia dan rekan-rekannya lakukan merupakan bentuk protes atas ucapan Rocky Gerung yang dianggap kurang pantas sebagai tokoh publik.
"Kita di sini berbicara tentang etika dan adab yang tidak ditunjukkan oleh Rocky Gerung, kita merasa sedih," kata dia.
"Siapapun boleh menyampaikan kritikan, menyampaikan evaluasi. Tetapi tidak boleh merubah kritik dan evaluasi tersebut menjadi cacian, makian, hinaan apalagi pelecehan marwah Kepresidenan Indonesia, siapapun Presidennya,"
"Jadi ini saya pikir contoh kurang baik," tambahnya.
Aksi protes dengan membentangkan spanduk dan menggunakan masker yang ditempeli plester warna hitam ini diakui Narimo sebagai bentuk protes.
"Terlebih Pak Jokowi itu orang Solo, kami sebagai orang Solo prihatin, maka kami cukup berteriak dengan cara ini," sambungnya.
Ia juga menegaskan bahwa Rocky Gerung seharusnya tidak arogan dan angkuh serta merasa paling benar.
"Rocky Gerung Ojo Kumalungkung (Rocky Gerung jangan arogan), jangan sombong, jangan angkuh, jangan merasa paling benar," tegas sosok yang didapat Mbah Mo
Kelima belas orang ini diakui Narimo berasal dari berbagai kelurahan di Kota Solo.
"Ada 15 orang, semua orang Solo ada Laweyan, Tipes, Semanggi, Banjarsari, Kepatihan, Mojosongo," terangnya.