Menurutnya, kasus penganiayaan seperti ini akan membawa trauma bagi korban maupun perawat lain.
"Pertama bahwa posisi perawat sebagai garda terdepan dalam menolong masyarakat. Dengan adanya perilaku oknum seperti yang terjadi di Puskesmas Bua membuat teman-teman merasa tidak aman dan nyaman memberikan pelayanan kepada masyarakat," tegasnya, Minggu (27/8/2023).
Ia meminta kasus penganiayaan terhadap perawat di Puskesmas Bua segera diproses.
"Oleh karena itu, tentu harapan kami sebagai Ketua DPD PPNI Sulsel, pihak berwajib bisa mengusut tuntas selain sebagai masyarakat yang mendapatkan posisi yang sama di mata hukum, bahwa ini adalah kekerasan yang didapatkan teman sejawat kami," pungkasnya.
Baca juga: Bayi Tertukar di Bogor, 3 Perawat RS Diduga Lalai, Baru Terungkap Setelah Bayi Berusia Satu Tahun
Detik-detik Pemukulan
Kepala Puskesmas Bua, Bambang Irawan mengaku kecewa dengan sikap arogan keluarga pasien yang melakukan pemukulan ke perawat.
Menurutnya, Arfah Asrul sudah bekerja sesuai prosedur dengan melarang keluarga masuk ruang IGD.
Hal ini dilakukan karena kondisi pasien kritis dan butuh penanganan secepat mungkin.
"Padahal kami tidak bermaksud untuk melarang keluarga pasien menjenguk korban. Namun saat itu petugas medis tengah memberikan tindakan cepat karena kondisi korban memang sekarat."
"Sehingga sebagian keluarga yang berada di dalam ruangan kami minta untuk keluar," jelasnya, Minggu (27/8/2023).
Ia menambahkan pasien kecelakaan lalu lintas tersebut masuk Puskesmas pada Sabtu (26/8/2023) pukul 16.15 WITA.
"Kami sempat memberikan pertolongan pertama. Namun karena lukanya cukup serius, korban dilarikan ke rumah sakit di Palopo," lanjutnya.
(Tribunnews.com/Mohay) (TribunLuwu.com/Sukmawati Ibrahim)