Warga dan para pedagang di lokasi tersebut mendapati seorang wanita yang mengalami kesulitan berkomunikasi dan tak membawa kartu identitas pada Sabtu (16/9/2023).
Mereka lantas mengantarkan RR ke Markas PJR Unit Jatim VIII Ditlantas Polda Jatim di Bangkalan untuk mendapatkan bantuan.
Petugas sempat kesulitan untuk menggali informasi terkait tujuan RR berada di Jembatan Suramadu seorang diri.
4. Momen TNI Gadungan Pangkat Letkol 'Mesam Mesem' saat Dijebak dan Ditangkap Intel Kodim
Momen detik-detik TNI gadungan berpangkat Letnan Kolonel (Letkol) ditangkap Intel Kodim viral di media sosial.
TNI gadungan itu bernama Rahman Nudin (ada yang menyebut Rahmanudin).
Kedok TNI gadungan ini terbongkar atas laporan mantan Camat Pancoran Mas Saiful Hidayat.
Kemudian dilakukan upaya penjebakan hingga penangkapan.
Saat ditangkap, oknum tersebut mengenakan atribut lengkap TNI AD.
Dia juga membawa sangkur dan pistol korek api.
Kini Rahmanudin hanya bisa mesem-mesem saat ditahan di Kodim 0508 Depok, (15/9/2023).
Hal tersebut diungkap Kepala Urusan (Kaur) Humas Polres Metro Depok Iptu Made Budi, Sabtu (16/9/2023).
Tampang TNI Gadungan Pangkat Letkol Cengar Cengir saat Ditangkap
TNI gadungan itu bernama Rahman Nudin (ada yang menyebut Rahmanudin).
Video momen TNI gadungan pangkat Letkol ditangkap viral di media sosial.
Dalam video tersebut, TNI gadungan itu malah cengar cengir
5.Babak Baru Kasus Flare Prewedding Bromo, Calon Pengantin Salahkan TNBTS, Bakal Lapor Polisi
Berikut babak baru kasus flare prewedding yang picu kebakaran di kawasan Gunung Bromo pada Rabu, 6 September 2023, lalu.
Pihak calon pengantin Hendra Purnama alias HP (38), kini bakal melaporkan pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ke polisi.
Kuasa hukum yang bersangkutan, Mustaji menilai, kebakaran yang menghanguskan sekitar 500 hektare lahan itu tidak hanya berasal dari kesalahan kliennya.
Ia menuding, petugas TNBTS juga memiliki andil dalam kasus ini.
"Kesalahan mutlak tidak hanya pada klien kami. Kelemahan juga ada di petugas TNBTS.
Petugas TNBTS lemah dalam pengawasan pengunjung," tegas Mustaji, dikutip dari Surya.co.id, Senin (18/9/2023).
Mustaji kemudian menguraikan secara detail perihal kelemahan petugas yang disebutnya.
Menurutnya, petugas sudah sedari awal tidak menjalankan fungsinya secara maksimal.
Pertama pihak TNBTS tidak melakukan sosialisasi dengan baik, sehingga kliennya tidak mengetahui harus mengurus izin masuk kawasan konservasi (SIMAKSI).
"Klien kami tidak tahu jika harus urus SIMAKSI," ujarnya.
Kedua kata, Mustaji, petugas tidak mengecek barang bawan pengunjung.
Ia menuding petugas hanya menerima uang pengunjung tanpa melakukan mengawasi lebih lanjut.
(Tribunnews.com)