Berbeda dengan keterangan Musanusi, Sumardani menyebut, beberapa penghuni rumah itu menjadi korban Tragedi Mina.
"Beberapa rumah itu sempat dijual untuk biaya haji, namun malah menjadi korban Tragedi Mina."
"Hingga tahun 2000-an rumah itu mangkrak, kemudian saya beli," tandasnya.
Jadi Lokasi Membuat Konten Horor
Karena kondisinya yang terbengkalai, kawasan itu kerap dibuat untuk membuat konten horor.
Hal itu pun membuat Nailil (23), warga yang masih tinggal di permukiman tersebut merasa risih.
"Terganggu dengan adanya konten-konten horor itu, apalagi buatnya tanpa izin," ujarnya.
Dijelaskannya, tempat tinggalnya itu mulai dibuat konten sejak dua tahun lalu.
Menurut dia, banyak informasi yang diposting di media sosial yang justru tidak sesuai fakta.
"Pada buat konten katanya horor, padahal saya di sini biasa saja, tak ada kesan horor," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunBanyumas.com/Agus Salim Irsyadullah, Kompas.com/Muchamad Dafi Yusuf)