Diketahui Fajar telah menjalankan sendiri usaha produksi gamelan lewat CV Berkah Bopo sejak 2018.
Sebelum menjalankan secara mandiri, workshop produksi gamelan yang dijalankan Fajar ini merupakan pengembangan usaha yang digeluti sang ayah angkat, Suwaldi.
Suwaldi, semasa hidup merintis usaha gamelan itu sejak 2008.
“Dulu saya membantu beliau (Suwaldi), selama 10 tahun saya magang, bekerja mulai dari pengecekan stok bahan serta produksi harian hingga membantu mempromosikan gamelan ke dinas-dinas yang sedang melakukan pengadaan,” kata pria lulusan SMKI Solo ini kepada Tribunnews, Selasa (21/10/2023).
Kedekatan batinlah yang akhirnya membuat Suwaldi menjadikan Fajar sebagai anak angkat.
Hingga pada 2018, Suwaldi meninggal dunia, dan usaha gamelan sempat terhenti sejenak.
Kondisi itu membuat Fajar ‘mengencangkan ikat pinggang’ harus meneruskan usaha produksi gamelan milik Suwaldi.
“Ilmu yang diberikan beliau ke saya sayang kalau tidak dimanfaatkan, terlebih tidak ada keluarga beliau yang mau meneruskan (usaha produksi gamelan),” imbuhnya lagi.
Tabungan 10 Tahun jadi Modal hingga Buka Lapangan Pekerjaan
Hingga kini, gamelan sudah menjadi bagian dari hidup Fajar, dirinya mengembangkan usaha gamelan Suwaldi menjadi Commanditaire Vennootschap (CV).
Dan terbentuklah CV Berkah Bopo, Fajar harus merogoh uang tabungan Rp 50 juta untuk modal pengembangan usaha tersebut.
Singkat cerita, uang Rp50 juta merupakan sebagian rezeki yang ia sisihkan saat bekerja dengan sang ayah angkat selama 10 tahun.
Kini bukan hanya untuk Fajar dan keluarganya, CV Berkah Bopo juga menjadi sumber rezeki untuk 8 warga lokal lainnya.
Bahkan, sebagian warga yang menjadi pekerja di CV Berkah Bopo merupakan tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Giyarto (60) salah satunya, yang sudah bekerja selama 4 tahun di CV Berkah Bopo.