News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dioola Indonesia, Ubah Sampah dari Masalah Jadi Bermanfaat untuk Kebaikan Bersama

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dioola Indonesia menginisiasi gerakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan fokus kepada keseimbangan 3 P, yaitu Planet, People dan Profit. Dioola berkomitmen untuk mengurangi penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan memperpendek jejak karbon dan mendukung terwujudnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).

Namun demikian, anggapan itu tidak berlaku bagi Dioola Indonesia, sebuah yayasan yang bergerak di bidang lingkungan, utamanya fokus di food loss dan food waste di Malang, Jawa Timur.

Dioola berkomitmen untuk mengurangi penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan memperpendek jejak karbon dan mendukung terwujudnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).

Danty Oktiana Prastiwi, founder dari Dioola mengatakan, sampah itu bisa menjadi modal ekonomi dan modal sosial dalam waktu yang bersamaan jika dikelola dengan baik.

Berawal dari melihat masalah sampah di lingkungan sekitar tempat bekerja, Danty dan kawan-kawannya memulai gagasan untuk mengatasi persoalan tersebut.

"Food loss dan food waste itu aku temuin dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin banyak yang sudah aware soal food loss dan food waste, namun masih kurang take action," kata Danty kepada Tribunnews.

Dioola Indonesia hadir untuk memberikan alternatif pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan fokus kepada keseimbangan 3 P, yaitu Planet, People dan Profit.

Dioola Indonesia menginisiasi gerakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan fokus kepada keseimbangan 3 P, yaitu Planet, People dan Profit.

Sejak 2019 lalu, Dioola telah memulai gerakan tersebut. Mereka menggandeng sebuah pondok pesantren di Malang untuk mengubah sampah organik menjadi sumber protein dan pupuk organik.

Dioola menemukan ide yakni menghasilkan Maggot hasil dari ternak BSF (Black Soldier Fly) dari sampah-sampah yang telah dikumpulkan.

"Kita riset selama berbulan-bulan, sampai akhirnya di 2019 itu kita bisa mulai pilot project dan kemudian menjalankannya di pondok pesantren Bahrul Maghfiroh, Lowokwaru, Kota Malang," kata Danty.

Setiap hari, sampah-sampah di pondok pesantren itu dikumpulkan di satu tempat yang telah disiapkan dalam wadah penampungan.

"Kita menyusun jadwal piket di pesantren itu, setiap hari secara rutin ada siswa yang bertugas untuk mengumpulkan sampah dari bak-bak sampah."

"Ada tempat penampungan berukuran 5x5 meter. Di tempat itulah nantinya sampah-sampah tersebut nantinya akan menghasilkan maggot yang memiliki nilai jual," tutur Danty.

Maggot yang dihasilkan itu nantinya bisa dijual untuk selanjutnya digunakan sebagai pakan ternak ataupun pupuk.

Berkat ikhtiar yang dilakukan dalam mengurangi food loss and food waste ini, Dioola Indonesia mendapatkan penghargaaan dari CIMB Niaga lewat program Community Link.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini