TRIBUNNEWS.COM - Dalam rangka menekan kasus demam berdarah dengue (DBD) Pemkot Bandung, Jawa Barat coba implementasikan inovasi nyamuk wolbachia.
Salah satu wilayah yang akan disebar nyamuk wolbachia adalah Kecamatan Ujungberung.
Meski bertujuan untuk menekan penyebaran DBD, namun masih banyak pro dan kontra mengenai nyamuk wolbachia.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Anhar Hadian mengungkapkan, penyebaran nyamuk wolbachia diharapkan jadi salah satu cara untuk tekan kasus DBD di Kota Bandung.
Ia menambahkan, nyamuk wolbachia sudah terbukti efektif menekan kasus DBD di beberapa wilayah, salah satunya di Yogyakarta.
Dari penelitian dan implementasi wolbachia di sana, kasus DBD bisa turun sampai 70 persen.
Baca juga: Di Bali Ditunda Karena Banyak yang Menolak, Program Nyamuk Wolbachia Bakal Digelar di Jabar
"Kami bersama dengan Kemenkes, UGM, dan pihak terkait evaluasi terkait program nyamuk wolbachia. Peneliti dari UGM, Prof. Adi Utari yang meneliti terkait nyamuk wolbachia sejak 12 tahun lalu. Kemudian diujicobakan dan diimplementasikan di dua kota di Yogyakarta ternyata tingkat keberhasilannya luar biasa tingkat DBD-nya turun 70 persen, permintaan foging di masyarakat turun 84 persen," kata Anhar, Sabtu (26/11/2023).
Lebih lanjut, Anhar memastikan, Kemenkes telah membentuk tim analisis resiko dan hasilnya dinyatakan aman dan berhasil. Dia meminta masyarakat tidak perlu khawatir karena program nyamuk wolbachia ini telah teruji. Dari hasil analisis, resiko yang dilakukan, program ini terbukti aman sampai 30 tahun mendatang.
"Kemenkes juga membentuk tim analisis resiko yang digawangi 24 profesor dari berbagai universitas dan berbagai keilmuan, hasilnya program nyamuk wolbachia dinyatakan aman dan telah diterapkan di 14 negara," ujarnya.
Analisis resiko yang dilakukan Prof. Damayanti Bukhori beserta Kemenkes menyebutkan sampai 30 tahun kemudian program ini aman.
"Kami berkeyakinan program nyamuk wolbachia ini aman dan di harapankan menurunkan kasus DBD," katanya.
Nantinya, program ini kata Anhar akan melewati beberapa fase, yakni fase penyebaran nyamuk berlangsung selama enam bulan, lalu fase dampaknya sekitar satu sampai dua tahun kemudian.
Implementasi wolbachia ini bukan berarti menggantikan seluruh upaya pencegahan DBD yang ada. Langkah-langkah sebelumnya akan tetap dijalankan, seperti 3M (menguras, menutup, dan mengubur), fogging sesuai indikasi, dan Gerakan Satu Rumah Satu Juru Jumantik.
Baca juga: Nyamuk Wolbachia Akan Disebar, Pj Gubernur Sebut Aman, Warga Bandung Ada yang Takut
"Kalau memang ini bisa diterapkan secara merata, harapannya angka kasus bisa turun karena virus dengue sudah tidak ada. Lalu, fogging juga bisa berkurang, sehingga dananya bisa dialihkan ke hal lain yang lebih penting," katanya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengimbau masyarakat untuk tidak mudah mempercayai sejumlah berita hoaks terkait wolbachia yang banyak beredar di dunia maya.
"Kemenkes sudah melakukan ini (program nyamuk ber-wolbachia) dan masuk ke dalam strategi nasional berdasarkan kajian, rekomendasi WHO dan juga benchmark negara lainnya," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu dalam taklimat media tentang Wolbachia yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat lalu.
Maxi menilai di era yang terbuka ini, kemungkinan adanya hoaks terkait berbagai hal termasuk kesehatan sangat mudah ditemukan. Untuk itu, Kemenkes terus melakukan upaya dalam memberikan informasi yang baik, tidak hanya dari Kemenkes, namun juga sejumlah pakar dan peneliti.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Dinkes Kota Bandung Pastikan Program Nyamuk Wolbachia Aman