News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Korban Tewas akibat Penembakan Oknum Polairud Bertambah, Putra Sempat Bicara Ngawur Pasca Operasi

Penulis: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Korban penembakan oknum polisi di Dit Polairud Polda Sultra dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Kendari, Jumat (24/11/2023). Korban tewas akibat penembakan yang dilakukan oknum Polairud Polda Sultra bertambah menjadi dua orang. Korban bernama Putra, berusia 17 tahun.

TRIBUNNEWS.COM, KENDARI - Korban tewas akibat penembakan yang dilakukan oknum Polairud Polda Sultra bertambah menjadi dua orang.

Korban bernama Putra, berusia 17 tahun.

Ia meninggal setelah menjalani perawatan selama dua hari di RS Bhayangkara Kendari, Minggu (26/11/2023).

Dengan meninggalnya Putra, maka total korban meninggal akibat insiden penembakan ini jadi dua orang.

Baca juga: 4 Nelayan di Konawe Selatan Jadi Korban Penembakan, Pelakunya Diduga Oknum Polairud Polda Sultra

Sebelumnya 4 nelayan menjadi korban penembakan oknum Polairud di di Pulau Cempedak, Kecamatan Laonti, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra), Jumat (24/11/2023) sekira pukul 02.00 dini hari.

Mereka adalah La Maco (39), Putra (17), Juswan alias Ucok (23), dan Ilham alias Alung (17).

Salah satu korban, Maco meninggal dunia setelah terkena tembakan di dada kanan.

Putra, terkena tembakan di bagian pinggul sebelah kiri dan dirawat di RS Santa Anna Kendari.

Korban Ucok yang juga terkena tembakan di dada, dirawat di RS Bhayangkara Kendari.

Sementara Alung dirujuk ke Puskesmas Langara Konawe Kepulauan.

"Iya info tadi korban atas nama Putra meninggal dunia," kata tim kuasa hukum keluarga korban, Fairin.

Putra sebelumnya menjalani perawatan karena mengalami luka tembak di pinggul sebelah kiri.

Korban sempat dirawat di RS Santa Anna kemudian dirujuk ke RS Bhayangkara Kendari.

Baca juga: Kondisi 3 Korban Penembakan Diduga Dilakukan Oknum Polairud Polda Sultra, Jenazah Maco Diautopsi

Putra Sempat Bicara Ngawur

Sebelum dinyatakan meninggal dunia, Putra ternyata sempat menjalani operasi pinggul.

Putra menjalani operasi luka tembak di pinggul sebelah kiri di Ruang ICU Rumah Sakit Bhayangkara Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Salah seorang keluarga korban, Ardan mengatakan, korban menjalani operasi pengangkatan proyektil peluru pada Sabtu (25/11/2023) malam.

Setelah menjalani operasi, Putra yang dirawat di ICU sempat mengalami kritis.

Kabid Propam Polda Sultra, Kombes Pol Mochamad Sholeh (kanan) mengatakan, saat ini dua personel Polairud sudah dimintai keterangan. Kabid Humas Polda Sultra, Kombes Pol Ferry Walintukan (kiri), mengatakan, dua anggota polisi melakukan patroli karena menerima laporan dari masyarakat saat para nelayan hendak mencari ikan mengunakan bahan peledak. (handover)

"Kemarin malam operasi, kemudian sempat cerita sama kita, tapi bicara sudah ngawur," ucapnya, Minggu (26/11/2023).

Namun kondisi korban semakin menurun dan dinyatakan meninggal dunia sekira pukul 17.20 Wita.

Ardan mengatakan, Putra kritis karena luka tembak di pinggul sebelah kiri.

Selama di rumah sakit keluarga menjaga kondisi korban.

Sementara satu korban lain bernama Ucok masih menjalani perawatan selama tiga hari di RS Bhayangkara setelah menjalani operasi.

Pantauan TribunnewsSultra.com, tampak keluaraga dan rekan korban Putra menunggu di Ruang Kompartemen Dokpol Biddokes RS Bhayangkara.

Baca juga: 2 Personel Polairud Diduga Tembak 4 Nelayan, Propam Polda Sultra Kumpulkan Bukti dan Fakta Lapangan

Selain itu, tampak puluhan anggota polisi juga berjaga di ruangan autopsi kamar jenazah.

Jenazah Putra rencananya akan dibawa pihak keluarga di Cempedak untuk dimakamkan.

Jenazah Putra Dibawa ke Kampung Halaman Menggunakan Kapal Nelayan

Jenazah Putra dibawa di kampung halaman di Desa Cempedak, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pantauan TribunnewsSultra.com, jenazah Putra tampak berada di kamar jenazah Biddokes RS Bhayangkara Kendari.

Di depan ruangan, terlihat keluarga putra yang sedang menunggu.

Selain itu, terlihat sejumlah personel Polairud yang berjaga di sekitaran ruang jenazah.

Jenazah Maco, nelayan yang tewas tertembak oknum polisi di Polairud Polda Sultra tiba di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (24/11/2023). Jenazah korban tiba di Pelabuhan Kendari sekira pukul 16.25 Wita. (Istimewa)

Jenazah Putra dibawa menggunakan peti yang dibungkus kain hijau dank diangkat oleh personel Polairud.

Ayah, ibu dan adik dari Putra menangis dan mengusap mata mereka di samping mobil jenazah.

Jenazah Putra dibawa menggunakan kapal nelayan ke kampung halaman di Desa Cempedak.

Herman Pembahako, pihak keluarga korban meminta polisi bisa mengungkap kasus penembakan yang menewaskan dua orang dan dua sedang dirawat.

Menurutnya, kasus penembakan ini bukan hanya bentuk penindakan polisi tetapi juga peristiwa pidana.

"Karena korban kasus penembakan ini bertambah sudah dua orang, ini harus diungkap polisi," ujarnya, Minggu (26/11/2023).

Herman mengatakan, kasus ini bukan hanya penembakan tetapi juga ada peristiwa lain.

"Karena tiga korban bukan hanya mengalami luka tembak, tapi korban Maco ada luka sayatan di tangan dan lutut. Ini pasti ada peristiwa lain," ungkapnya.

Kronologis Penembakan terhadap 4 Nelayan

Mengutip TribunnewsSultra.com, insiden penembakan terjadi pada Jumat (24/11/2023) sekira pukul 02.15 Wita.

Saat itu keempat nelayan, Maco, Putra, Ucok, dan Alung pergi mencari ikan dengan menggunakan kapal bodi.

Baru sekitar 100 meter dari bibir pantai, kapal yang mereka tumpangi tiba-tiba diadang oleh polisi dari Polairud Polda Sultra.

Ketiga itu ketiga oknum polisi yang mengadang sedang berpatroli.

Mereka menggunakan kapal jolor atau kapal kayu mesin.

Dua anggota polairud yakni Bripka RP dan Bripka AR melakukan patroli dengan mengenakan pakaian preman dan membawa senjata api laras panjang.

Mereka kemudian mengadang kapal empat nelayan itu karena akan mencari ikan menggunakan bahan peledak atau bom ikan.

Polisi menyebut saat hendak diamankan, salah seorang nelayan melakukan perlawanan dengan memukul menggunakan dayung.

Namun, anggota polisi membalas dengan menembak empat korban.

Akibatnya Maco tewas karena tertembak di leher sebelah kanan dan menembus bawah sebelah kanan tembus di belakang.

Sementara Juswan alias Ucok terkena tembakan pada bagian bahu bawah sebelah kanan.

Putra terkena tembakan pada bagian pangkal paha luar kaki kiri dan Ilham terkena tembakan pada bagian paha atas sebelah kiri.

Tiga korban kemudian melompat ke laut dan menyelamatkan diri.

Korban Juswan alias Ucok dan Putra dievakuasi oleh keluarganya ke RS Santa Anna Kota Kendari dan korban Ilham dievakuasi ke Puskesmas Langara Kabupaten Konkep.

Sementara jenazah Maco ditemukan nelayan mengapung dan dievakuasi.

Dir Polairud Polda, Kombes Pol Faisal Florentinus Napitupulu, mengatakan, adanya tindakan polisi karena keempat nelayan kedapatan membawa bom ikan.

Selain itu, saat diadang salah seorang nelayan melakukan perlawanan kepada polisi.

"Barang bukti satu unit perahu dan bahan peledak sudah kami amankan," ucapnya, Jumat (24/11/2023).

Sementara terkait penyebab polisi menembak empat nelayan itu masih akan didalami penyelidikan oleh Propam Polda Sultra.

Begitu pula dengan para personel yang berpatroli sesuai dengan Standar Pelaksanaan Operasional (SOP), masih dalam penyelidikan Propam Polda Sultra.

"Ini masih kami dalami, kalau tidak sesuai SOP makan akan kami tindak," ujarnya.

2 Oknum Polairud Diperiksa Propam

Sementara itu dua oknum Polairud yang diduga menembak empat nelayan tersebut kini diamankan Propam Polda Sultra.

Mereka adalah Bripka A dan Bripka RP.

Saat kejadian penembakan, kedua oknum polisi tersebut sedang berpatroli di Perairan Cempedak, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan.

"Kita sementara kumpulkan bukti-bukti dan fakta di lapangan dan segera akan dilakukan pemeriksaaan kepada anggota Ditpolairud tersebut untuk pemeriksaan awal," ujar Kabid Propam Polda Sultra, Kombes Pol Mochamad Sholeh saat dikonfirmasi, Jumat (24/11/2023).

Nelayan Keroyok Bripka A, Polisi Membela Diri

Kabid Humas Polda Sultra, Kombes Pol Ferry Walintukan, mengatakan, dua anggota polisi melakukan patroli karena menerima laporan dari masyarakat saat para nelayan hendak mencari ikan mengunakan bahan peledak.

"Mereka itu patroli setelah menerima laporan masyarakat, adanya penggunaan bom ikan," ucapnya.

Kemudian saat mengadang kapal para nelayan itu di sekitar Perairan Cempedak sekira pukul 02.15 Wita, Jumat subuh, seorang nelayan berenang melarikan diri.

Sementara tiga lainnya Ucok, Maco, dan Putra melawan petugas yang akan memeriksa kapal tersebut.

Tiga nelayan itu mengeroyok Bripka A, karena terdesak dan terpaksa (overmarcht) polisi menembak para korban sebagai bentuk pembelaan diri.

"Beberapa kali melakukan penembakan acak tapi mengenai korban hingga luka-luka. Kondisinya anggota saat itu overmarcht karena membela diri saat dikeroyok," jelas Ferry.

Ferry membenarkan dua personel Polairud itu saat ini sudah diperiksa Propam.

Sementara terkait penyebab pasti personel menembak sesuai dengan SOP penanganan di kepolisian masih menunggu hasil pemeriksaan Propam.

"Karena kalau overmarcht atau keadaan terpaksa tidak bisa diberi sanksi karena membela diri. Tapi kalau dari SOP melanggar maka akan diberi sanksi," jelas Ferry Walintukan.

Sumber: (TribunnewsSultra.com/La Ode Ari)

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsSultra.com dengan judul Satu Lagi Korban Penembakan Oknum Polairud Polda Sulawesi Tenggara di Konawe Selatan Meninggal Dunia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini