Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung (Bank Sumsel Babel) membantu pemerintah mencapai target penurunan stunting nasional 14 persen pada tahun 2024.
Target penurunan stunting tersebut sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo.
BSB melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam upaya penanganan stunting khususnya di wilayah Sumatera Selatan.
Baca juga: Metranet Dukung Percepatan Penurunan Angka Stunting di Surakarta
Direktur Utama Bank Sumsel Babel (BSB) Achmad Syamsudin mengatakan persentase realisasi penyaluran CSR ke Kota Pagar Alam sebesar 97,11 persen dari total anggaran Rp 546.412.810.
"Bank Sumsel Babel memberikan CSR kepada Pemerintah Kota Pagar Alam berupa pemberian makanan tambahan kepada Ibu hamil, Ibu nifas, Baduta/Balita risiko stunting kepada 99 orang yang dilakukan selama lima bulan ke depan," kata Achmad dikutip Senin (18/12/2023).
Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Agus Fatoni menargetkan wilayah Sumatera Selatan menjadi zero stunting.
Dia mengajak seluruh stakeholder terkait untuk bahu-membahu melakukan penanganan stunting secara masif guna mencapai target tersebut.
“Kita harapkan zero stunting bisa dicapai bersama," kata Fatoni.
Fatoni mengatakan penanganan stunting merupakan salah satu program prioritas nasional dan Pemerintah Provinsi Sumsel.
Baca juga: BKKBN: Televisi Berperan Penting Ubah Pola Pikir Masyarakat Tentang Stunting
Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan kerjasama seluruh pihak.
“Target Presiden di tahun 2024 untuk stunting ini turun menjadi 14 persen. Mudah-mudahan bisa kita capai dan di Sumsel hasilnya lebih rendah dari angka nasional," ucap Fatoni.
"Target nasionalnya sudah tercapai, tetapi kita harapkan target Sumsel zero stunting juga bisa dicapai. Saat ini Sumsel berangsur-angsur mendekati target nasional bebas stunting," sambungnya.
Fatoni menilai permasalahan stunting bukan hanya masalah pertumbuhan anak balita akibat kurangnya asupan gizi.
Baca juga: Setwapres RI Ungkap Tantangan Stunting Tiap Daerah di Indonesia Berbeda
Namun, jika dalam panjang nantinya akan berdampak pada menurunnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) mendatang jika tak segera diatasi.
"Bonus demografi di depan mata kita, justru akan menjadi penghambat pembangunan apabila tidak memiliki generasi cerdas yang mampu menjawab tantangan persaingan SDM baik di tingkat lokal, nasional dan global,” tuturnya.
“Artinya masalah stunting adalah masalah yang sangat penting, masalah besar, masalah bersama, masalah yang menentukan keberlanjutan bangsa dan manusia," imbuh Fatoni.