Diketahui, kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia.
Kerusuhan itu terjadi di Ibu Kota Jakarta dan beberapa daerah lainnya, termasuk Solo.
Kala itu, banyak warga keturunan Tionghoa yang mengungsi dan memilih menutup usahanya.
Namun, Dokter Lo justru memaksa untuk membuka praktik meski nyawanya terancam.
Warga yang mengetahui hal itu berupaya melindungi dengan menjaga rumah sang dokter.
"Sangat dermawannya sehingga saat kerusuhan Mei rumah Dokter Lo malah dijaga warga sekitarnya, nggak ada yang berani ganggu," terang Sumartono.
Minta Dimakamkan secara Sederhana
Dilansir TribunSolo.com, sekitar sebulan sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Dokter Lo sempat berpesan agar ketika meninggal dimakamkan secara sederhana.
Pesan itu disampaikan Dokter Lo kepada Sumartono.
"Sebulan yang lalu waktu saya tengok di rumah sakit. 'Tolong ya kalau aku dipanggil Tuhan dipilihkan peti warna putih diatur sangat sederhana'," kata Sumartono menirukan ucapan Dokter Lo.
Karier Dokter Lo
Baca juga: Profil dan Kisah Kedermawanan Dokter Lo Siauw Ging yang Meninggal di RS Kasih Ibu Solo
Dikutip dari Kompas.com, Dokter Lo memulai kariernya sebagai seorang dokter di Rumah Sakit (RS) dr Oen Kandang Sapi Solo.
Setelah itu, Dokter Lo pindah ke RS Kasih Ibu.
"Dengan adanya Dokter Lo terus berkontribusi nyata. Hampir semua pasien yang berobat digratiskan sama Dokter Lo," ujar Sumartono.
Di RS Kasih Ibu, Dokter Lo pernah menjabat sebagai direktur utama periode 1981-2004.
Setelah pensiun, Dokter Lo tetap melayani pasien di rumah sakit yang sama dan di rumahnya.