News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dugaan Penyebab Banjir & Longsor di Sumbar hingga Update Korban Meninggal di Pesisir Selatan

Penulis: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim SAR gabungan melanjutkan pencarian lima korban hilang akibat banjir bandang di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, Minggu (10/3/2024). Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menduga bencana banjir di Pesisir Selatan disebebkan karena illegal logging atau penebangan liar.

TRIBUNNEWS.COM, PADANG - Bencana banjir dan longsor yang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan dan Padang Pariaman, Provinsi Sumatra Barat pada Kamis (7/3/2024) pekan lalu mengakibatkan puluhan korban jiwa.

Hingga Rabu (13/3/2024) pukul 18.00 WIB, jumlah korban meninggal akibat bencana banjir dan longsor di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatra Barat mencapai 24 orang.

Sementara 5 korban lainnya yang dinyatakan hilang hingga hari ketujuh pencarian, Rabu (13/3/2024) masih belum ditemukan.

"Korban yang meninggal di Pesisir Selatan berjumlah 24 orang dan sudah teridentifikasi dan dalam pencarian berjumlah 5 orang," kata Kepala Kantor SAR Padang Abdul Malik.

Baca juga: Enam Korban Banjir dan Longsor yang Hilang di Pesisir Selatan Sumbar Belum Ditemukan

Abdul Malik mengatakan Kantor SAR Padang dan tim gabungan masih melakukan proses pencarian terhadap korban hilang hari ini, Kamis (14/3/2024).

Pencarian korban tetap dilanjutkan sesuai dengan SK Bupati Pesisir Selatan tentang tanggap darurat dari tanggal 8 sampai dengan 21 Maret 2024.

"Kami dari Basarnas dan tim gabungan menyesuaikan dengan SK itu dalam melaksanakan pencarian dan pertolongan di Kabupaten Pesisir Selatan," kata Abdul Malik.

Lalu apa penyebab terjadi banjir dan longsor parah hingga menewaskan 24 korban dan 5 lainnya hilang?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menduga bencana banjir di Pesisir Selatan disebebkan karena illegal logging atau penebangan liar.

"Kalau ada galodo atau banjir bandang, ada dua kemungkinan. Mungkin ada illegal logging di atas atau karena curah hujan yang ekstrem," ujar Basuki dikutip dari Kompas.com, Selasa (12/3/2024).

Basuki mengatakan hal itu saat meninjau langsung lokasi bencana banjir di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatra Barat, Senin (11/3/2024).

Baca juga: 6 Korban Banjir dan Longsor di Pesisir Selatan Sumbar Dicari, SAR: Total 23 Orang Meninggal Dunia

Padahal menurut Basuki, sebelumnya kualitas air di Pesisir Selatan sangat baik, tercermin dari tampilan air yang bening.

"Sebetulnya sebelum ada banjir, airnya juga bening. Saya lihat di Bendung Sawah Laweh yang nanti juga akan kita lihat, itu airnya bening. Pasti catchment-nya masih baik," tuturnya.

Sementara dilaporkan curah hujan di Kabupaten Pesisir Selatan sebelum bencana terjadi menjadi 400 milimeter per hari.

"Curah hujan yang esktrem itu kalau (menurut) BMKG lebih dari 150 milimeter per hari, itu sudah ekstrem. Ini katanya sampai 400 milimeter per hari," lanjutnya.

Basuki menjelaskan bahwa Kementerian PUPR bertanggung jawab untuk menangani prasarana umum yang rusak, seperti jalan, jembatan, kantor, masjid, dan perumahan.

Terkait perumahan, Direktorat Jenderal Perumahan akan berkoordinasi dengan BNPB untuk menentukan penanganan yang tepat bagi masyarakat terdampak dengan kondisi rumah rusak ringan, sedang hingga berat.

Basuki menargetkan, pembersihan area terdampak bencana berlangsung satu minggu dan penanganan longsor di tebing sungai menggunakan sheet pile beres dalam dua minggu.

Baca juga: BREAKING NEWS: Korban Tewas Akibat Banjir Sumatera Barat Capai 28 Orang, 5 Orang Hilang

Relokasi Perkampungan

Sementara itu terkait perkampungan di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan dan Padang Pariaman yang rawan banjir dan longsor bakal direlokasi.

"Ada lokasi-lokasi yang perumahan atau perkampungan yang memang sebaiknya direlokasi, bukan hanya di Pesisir Selatan termasuk yang di Padang Pariaman," kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, Rabu (13/3/2024).

Muhadjir menuturkan, Pemerintah Provinsi Sumatra Barat dan pemerintah kabupaten setempat sudah ditugaskan untuk mencari lahan tempat relokasi perkampungan itu.

Sedangkan, pembangunan kampung akan menggunakan dana siap pakai Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang biasa digunakan untuk membangun perumahan terdampak bencana.

"(Dana siap pakai) tidak terbatas, belum, belum secara detail belum (diputuskan besarannya). Kita baru kita keluarkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan," ujar Muhadjir.

Diketahui akibat hujan deras bencana terjadi di 12 wilayah di Sumbar, yakni:

  1. Kota Padang
  2. Kabupaten Pesisir Selatan
  3. Kabupaten Padang Pariaman
  4. Kabupaten Pasaman Barat
  5. Kabupaten Agam
  6. Kabupaten Pasaman
  7. Kabupaten Limapuluh Kota
  8. Kabupaten Kepulauan Mentawai
  9. Kota Pariaman
  10. Kabupaten Solok
  11. Kota Solok
  12. Kota Sawahlunto

Pemerintah mencatat bencana di Pesisir Selatan dan Padang Pariaman menyebabkan 28 orang meninggal dunia dan 5 orang lainnya masih hilang.

Adapun sejauh ini ada lebih dari 86.000 orang atau 28.925 kepala keluarga yang terdampak banjir dan longsor.

Selain itu, bencana ini juga menyebabkan 1.609 unit rumah rusak ringan dan sedang, 40 unit rumah rusak berat, 24.000 unit rumah terendam, 3 unit rumah hanyut, 54 fasilitas umum terdampak, 21 jembatan terendam, dan 1 jembatan rusak berat.

Sumber: (TribunPadang.com) (Kompas.com)

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunPadang.com dengan judul Hari Kedelapan, Operasi SAR 5 Korban Longsor dan Banjir di Pesisir Selatan Berlanjut

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini