Rabat yang dikerjakan, kata Demus Bobi baru sekitar 117 meter.
"Sebenarnya berbenturan dengan aturan cuman yang namanya kondisi di lapangan, kalau kita tidak pandai-pandai mencari celah itu sampai kucing bertanduk pun tidak ada perhatian dari pemerintah tingkat atas jadi mau tidak mau apalagi ini masih di dalam lingkup desa," tandas Demus Bobi.
Selama dirinya menjabat sebagai Kepala Desa Liakutu, baru satu ibu hamil yang melahirkan di tengah jalan dengan cuaca hujan lebat.
"Itu juga mungkin karena ibu hamilnya kurang respon himbauan dari bidan dan kader, karena rata-rata mereka ini tingkat pendidikannya rendah dan keras kepala," ujar dia.
Baca juga: Istri Ngidam Disuapin Suami yang Ditahan di Polres Kuansing, Suapan Roti Terhalangan Jeruji Besi
Selain itu, karena kondisi jalan yang rusak parah, harga jual komiditi warga Desa Liakutu pun murah saat dijual kepada para pembeli komoditi yang datang ke Desa Liakutu. Namun, untuk dijual ke Kota Maumere pun membutuhkan biaya yang tidak sedikit dengan akses jalan yang cukup memprihatinkan.
"Saya ambil contoh kemiri, kalau pengepul beli disini itu kisaran harga Rp 30 ribu, kalau di Kota Maumere dengan harga Rp 32-33 ribu, disini mau tidak mau harus dijual dengan harga murah, sama juga dengan pisang, advokat, itupun mereka sudah hitung dengan akses jalan," ungkap Michael Ardianus Demus Bobi.
Ganggu Pelayanan Kesehatan
Sementara itu, Kepala Puskesmas Feondari, Ferdinandus Weu mengatakan, akses jalan dari tempat tinggal ibu yang melahirkan di tengah jalan di ruas jalan Detuleda-Dagegoga cukup sulit untuk dilalui kendaraan.
"Maka kita selalu sarankan lima hari sebelum tafsiran itu harus segera ke puskesmas," ujar Ferdinandus. (tribun network/thf/PosKupang.com)