Saat itu ayah korban menyarankan agar sang putri tancap gas menghindari orang tersebut.
Setelah mengebut, Dwi justru diteriaki oleh tiga orang dengan sebutan maling. Mereka juga mengejar Dwi.
Tak lama kemudian, ada polisi di wilayah itu juga ikut mengejar karena mendengar teriakan maling dari tiga orang tersebut.
"Korban ini orangnya cemasan, gugup. Semakin dikejar oleh warga dan ada aparat juga, Dwi semakin ngebut, semakin tidak terkendali."
"Singkat cerita terjadi kecelakaan di Sekernan Muaro Jambi," jelas Erwin.
Dikatakan Erwin, pihak keluarga tak terima lantaran korban meninggal dalam fitnahan, dituduh mencuri mobil.
Padahal, mobil yang kendarai Dwi itu merupakan mobilnya sendiri dan dapat dibuktikan dengan surat menyurat.
Ia juga membantah rumor yang beredar soal Dwi melarikan diri setelah melakukan tabrak lagi.
"Ada pula infonya korban ini lari dikejar oleh warga dan polisi karena telah melakukan tabrak lagi, itu juga tidak ada."
"Kami hanya ingin klarifikasi kepada media yang memberitakan awal. Jika memang benar almarhumah ini mencuri mobil tolong dibuktikan."
"Jika beliau melakukan tabrak lari siapa korbannya, siapa yang ditabrak, tolong buktikan," tandasnya.
Terpisah, Pasiman, ayah korban meminta agar polisi mengusut tuntas orang yang telah menuduh anaknya maling.
"Saya minta pihak berwajib mengusut tuntas dari adanya orang yang meneriaki maling hingga yang membuat anak (saya) celaka hingga mengalami kecelakaan," katanya, Minggu (31/3/2024).
Kronologi Kejadian
Melansir Kompas.com, Dwi tewas setelah menabrak tiang listrik dan rumah warga hari Jumat sekitar pukul 23.50 WIB.
Baca juga: Mahasiswi Jambi Korban TPPO Magang di Jerman: 11 Jam Berdiri Sortir Buah, Gaji 3 Bulan Rp 1,8 Juta