News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kelompok Bersenjata di Papua

Sosok Demianus Magay Pentolan KKB yang Ditembak Mati, Panglima WPA Tapi Tak Diakui Jubir TPNPB

Penulis: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dua pentolan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) ditembak mati Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz 2024 bersama Satgas Amole 2024 dan Satgas Nanggala. Keduanya adalah Abubakar Kogoya dan Demianus Magay. Berikut sosok Demianus Magay.

"Saya ingatkan, Anda boleh berhenti mengganggu saya, saya akan menghentikan posisi fungsional Anda," ancam Damianus Magai Yogi.

Sebagaimana diketahui bahwa Pemerintah Indonesia menetapkan Organisasi Papua Merdeka sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua.

Masa Kecil Damianus

Damianus Magai salah satu anak kandung dari Tadeus Yogi, tokoh TPN-OPM, kini dikenal sebagai TPNPB di Wilayah Adat Meepago, Papua.

Mengutip Pos Kupang, pada November 2021 lalu, Damianus Yogi menuturkan bagaimana kisah hidupnya.

Sejak kecil, ia menyaksikan perjuangan ayahnya melakukan perlawanan bersenjata melawan aparat keamanan TNI/Polri membuat kisah hidupnya tak pernah sama dengan kisah anak-anak pada umumnya.

Aparat TNI Polri menembak mati dua anggota KKB di Tembagapura, Mimika, Kamis (4/4/2024) sore. (Istimewa)

Damianus Yogi yang lahir pada 1994 menjadi saksi bagaimana keluarganya selalu dalam ancaman.

Bila Demianus Yogi ingin menjumpai ayahnya yang berada di hutan, Demianus harus bersurat dulu.

Hal itu dilakukannya untuk mencegah risiko bagi ayahnya.

Demianus Yogi yang bersekolah di Paniai dulu bercita-cita ingin menjadi Tentara Perdamaian.

Namun situasi dan keamanan yang tidak kondusif membuat mimpinya kandas.

Di bangku kelas 5 SD, cita-cita itu pupus lantaran ia tidak bisa lagi melanjutkan sekolahnya, gara-gara ia dan ibunya menjadi incaran aparat.

Baca juga: Pasca Penembakan KKB Tewaskan 2 Polisi, Seorang Warga Sipil Ditemukan Tewas Terkena Panah

Demianus mengenang, cita-citanya gagal tercapai bukan karena ia malas bersekolah, namun karena keselamatan dirinya selalu terancam.

Ia mengatakan apa yang dialaminya juga dirasakan oleh anak keturunan para tokoh OPM dan TPN lainnya.

"Di daerah lain di Papua, yang menyaksikan konflik hingga keluarga mereka tewas akibat ditembak aparat, juga merasakan hal seperti yang saya alami," katanya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini