News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sekilas Sosok Mbah Benu, Pimpinan Jemaah Aolia, Gelar Salat Idulfitri 5 Hari Lebih Awal

Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Suci BangunDS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Imam Jamaah Masjid Aolia K H Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau akrab dipanggil Mbah Benu, berikut sosoknya,

TRIBUNNEWS.COM - Sekilas sosok KH Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau akrab dipanggil Mbah Benu, pimpinan jemaah Aolia yang tengah menjadi sorotan.

Ratusan warga yang tergabung dalam jemaah Aolia melaksanakan salat Idulfitri, salah satunya di Masjid Aolia yang terletak di Dusun Panggang III, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Di Yogyakarta, Jumat (5/4/2024) kemarin.

Selain di sana, sejumlah masjid Aolia juga menggelar salat Idulfitri Jumat kemarin, di antaranya di Kapanewon Wonosari, Gunungkidul.

Jemaah Aolia merayakan Idulfitri lebih cepat lima hari dibandingkan dengan penetapan Idulfitri Muhammadiyah yang jatuh pada 10 April 2024 mendatang.

Sementara itu, pemerintah Indonesia sampai saat ini belum melakukan penetapan kapan jatuhnya awal bulan Syawal tersebut sebab sidang isbat baru akan dilakukan, Selasa (9/4/2024) mendatang.

Selain perbedaan perayaan Idulfitri, jemaah Aolia juga melaksanakan ibadah puasa lima hari lebih cepat dibandingkan hari penetapan dari pemerintah.

Jemaah Aolia menjalani puasa pada 7 Maret 2024 sedangkan pemerintah menetapkan hari pertama bulan puasa jatuh pada 12 Maret 2024.

Sosok Mbah Benu

Mbah Benu sendiri mengatakan, ditetapkannya hari Lebaran ini berdasarkan keyakinan dari perjalanan spiritualnya.

"Penetapan ini berdasarkan keyakinan. Dan, jemaah Aolia bukan hanya ada di sini, tapi tersebar di seluruh Indonesia," terangnya, Jumat.

Ia pun meminta kepada para jemaahnya supaya saling menghormati dengan masyarakat yang belum merayakan Idulfitri.

Baca juga: 4 Fakta Viral Jemaah Aolia Rayakan Idul Fitri 5 Hari Lebih Awal, Keyakinan Mbah Benu Jadi Dasar

"Jemaah untuk menjaga toleransi antar-umat beragama dan menghargai keputusan yang ada," tuturnya.

Pria yang bertempat tinggal di Panggang III, Giriharjo, Panggang, Gunungkidul, DI Yogyakarta itu juga menyebut, jemaah Aolia tersebar sampai ke luar negeri.

Ia menyebut, jemaah masjid Aolia tidak didaftar. Namun, ia mengatakan ada yang berada di Inggris hingga India.

"Kalau jemaah itu tidak didaftar. Saya tidak tahu jumlah jemaah saya. Banyak, di Kalimantan ada, di Sulawesi ada, di Papua ada, di Inggris ada di Malaysia, di India. Jemaah sini," ungkapnya, dilansir Kompas.com.

Jemaah Aolia juga tersebar di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul.

Lurah setempat, Sutarpan mengatakan, di wilayah ada sekitar puluhan warga yang tergabung dalam jemaah Aolia.

Menurutnya, aktivitas jemaah Aolia yang merayakan Idulfitri lebih awal sudah dilakukan sejak dulu.

"Kami sudah terbiasa dengan ini, sehingga jika mereka merayakan lebih cepat, warga di sini hanya bisa toleransi dan menghormati," ucapnya dikutip dari TribunJogja.com.

Selama ini, sambungnya, hubungan antara Jemaah Aolia dengan warga yang bukan jemaah terjalin harmonis..

"Tidak pernah ribut-ribut. Kami di sini ya damai saja. Mereka ibadah ya silakan. Tidak ada yang merasa terganggu," ujar Sutarpan.

Hubungan harmonis itu dapat dilihat saat perayaan Lebaran yang ditetapkan oleh pemerintah.

Biasanya jemaah Aolia dan warga lainnya mengadakan halal-bihalal untuk satu kampung.

"Kalau sudah hari Lebaran yang umum dari pemerintah. Kami di sini semua ngumpul untuk halal bi halal, gabung semua termasuk jemaah Aolia."

"Jadi memang tidak ada selisih antar warga, semua saling menghormati," paparnya.

Komentar MUI

Wakil Ketua MUI, Anwar Abbas, mengatakan perayaan Idulfitri yang lebih awal dilakukan oleh ratusan jemaah Aolia merupakan keyakinan mereka dan harus dihormati.

"Itu keyakinan mereka dan kita harus hormati," ujarnya kepada Tribunnews.com, Jumat malam.

Hanya saja, Anwar menilai para ulama maupun kiai di daerah setempat tersebut juga perlu untuk berdialog dalam rangka mengetahui cara penentuan jatuhnya bulan Ramadan maupun Idulfitri.

"Tetapi tidak ada pula salahnya jika para ulama dan kyai yang ada di daerah setempat atau yang berdekatan dengannya untuk mengajak mereka berdialog tentang bagaimana cara mereka menentukan bulan Ramadan," ungkapnya.

Anwar menjelaskan, bahwa penentuan Ramadan dilakukan berdasarkan ketentuan dari Al-Qur'an.

Jadi, apabila jemaah Aolia sudah mengerjakannya beberapa hari sebelum wujudul hilal atau sebelum posisi bulan berada pada posisi imkanur ru'yah, maka berarti bulan Ramadan saat itu belum masuk.

Alhasil, Anwar pun turut mempertanyakan bagaimana jemaah Aolia bisa menentukan jatuhnya Idulfitri pada Jumat kemarin, padahal belum memasuki 1 Syawal 1445 H.

"Terus yang kedua, bagaimana kok mereka sudah melaksanakan Idul Fitri, padahal Idul Fitri itu jatuh pada tanggal 1 Syawal, sementara menurut perhitungan ilmu hisab, posisi bulan juga belum menunjukkan terjadi pergantian bulan," jelasnya.

Anwar pun mengatakan hal seperti ini yang harus didiskusikan dan didialogkan agar Ramadan maupun Idulfitri ditentukan berdasarkan waktu yang seharusnya.

"Hal-hal seperti inilah yang perlu didiskusikan dan didialogkan dengan mereka agar mereka dapat melaksanakan puasa dan Idulfitri sesuai dengan waktu yang seharusnya," tuturnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul: KISAH Ratusan Jemaah Aolia di Gunungkidul Gelar Salat Idulfitri Hari Ini

(Tribunnews.com/Deni/Yohanes Liestyo)(TribunJogja.com/Nanda Sagita Ginting)(Kompas.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini