TRIBUNNEWS.COM - Inilah kabar terbaru soal kecelakaan bus pariwisata yang membawa siswa SMK Lingga Kencana di Ciater, Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024) malam.
Dalam kecelakaan tersebut 11 orang meninggal dunia, satu di antaranya adalah pengendara motor.
Bus tersebut mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang sehabis acara perpisahan.
Pengamat pendidikan, Ibaid Mutraji, pun turut menyoroti kecelakaan ini.
Ia bahkan meminta sekolah untuk menghapus semua kegiatan yang berada di luar sekolah, terlebih yang memungut dana dari siswa, misalnya perpisahan sekolah, study tour, hingga wisuda.
Menurutnya, kegiatan tersebut tak mempunyai manfaat bagi peningkatan pendidikan dan pembelajaran.
Ia menuturkan semua kegiatan sekolah harus berkontribusi untuk pembelajaran di sekolah.
Ubaid menuturkan acara-acara yang tak ada hubungannya dengan piendidikan justru bisa berpotensi memperberat orang tua.
"Jangan membuat acara-acara yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan, dengan pembelajaran, justru memperberat orang tua," ujarnya.
Ubaid yang juga menjabat sebagai Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) ini mengatakan sekolah harusnya berfokus membina minat dan bakat siswa semaksimal mungkin alih-alih menggelar study tour atau wisuda yang kerap dikeluhkan memberatkan orang tua karena memungut biaya yang tidak sedikit.
"Jangan gelar acara foya-foya, tidak semua orang tua murid memiliki ekonomi yang bagus untuk membayar kegiatan itu."
Baca juga: Korban Selamat Kecelakaan Maut di Subang Kirim Foto dan Hubungi Ibunya: Ma, Bus Aku Terbalik
"Apalagi saat siswa tidak ikut kegiatan ada diskriminasi yang dilakukan misalkan mengancam surat kelulusan tidak dikeluarkan atau bahkan menahan ijazah," kata Ubaid, dikutip dari TribunJabar.id.
Ia juga menyebut bahwa study tour adalah kegiatan akal-akalan pihak sekolah dan komite sekolah.
"Itu kegiatan akal-akalan sekolah dan komite sekolah, yang kemudian dikait-kaitkan dengan kegiatan sekolah."
Untuk itu, ia mendorong Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) untuk mengeluarkan kebijakan melarang sekolah menyelenggarakan kegiatan study tour.
Sementara itu, Executive Director Center for Education Regulations & Developent Analysis (CERDAS), Indra Charismiadji, menilai bahwa kegiatan study tour tak dapat dilihat secara hitam-putih, alias sebatas benar dan salah.
Meski begitu, Indra mengakui bahwa kegiatan tersebut berpotensi dimanfaatkan orang-orang tak bertanggung jawab untuk menggali keuntungan komersial.
"Ada yang memang untuk kepentingan oknum-oknum pejabat sekolah, kepentingan komersial, nyari duit. Kalau itu saya tolak," ujarnya.
Tak hanya demi keuntungan pribadi saja, kegiatan seperti itu biasa dilakukan untuk menutupi anggaran sekolah yang kurang.
Hal tersebut layaknya tambal sulam anggaran untuk operasional sekolah.
Padahal, orang tua murid kerap diberatkan dengan kegiatan yang harus dibayarkan ke sekolah.
"Banyak sekarang sekolah, termasuk sekolah negeri, itu mengadakan study tour tujuannya adalah dari sisi komersial, buat cari duit,"
"Dan itu sering memberatkan orang tua. Entah untuk nutupi anggaran-anggaran yang enggak ketutup, banyak kegiatan yang enggak bisa dibayarkan," ujar Indra.
Dengan kegiatan study tour yang dibuat dengan tujuan komersil, maka pihak sekolah pasti akan mencari harga vendor termurah untuk menunjang kegiatan tersebut.
Baca juga: Kecelakaan Maut Bus di Subang, Indonesia Dinilai Darurat Keselamatan Lalu Lintas dan Transportasi
Pada akhirnya, harga murah harus dibayar dengan risiko keselamatan yang yang mesti ditanggung.
"Bisa jadi kalau hubungannya dengan SMK ini (Lingga Kencana Depok) ya nyari kendaraan yang paling murah, yang kualitasnya dipertanyakan,"
"Akhirnya kan dapat yang paling murah, tapi remnya blong, akhirnya nyawa hilang. Saya bukan menuduh, tapi itu kan salah satu hal yang mungkin terjadi," katanya.
Meski begitu, ia tak lantas membuat study tour harus sepenuhnya ditiadakan.
Tetap ada sisi positif yang bisa diambil dari kegiatan study tour.
"Misalnya selama ini mereka hanya tinggal di lingkungan kumuh di Jakarta atau di Jabodetabek. Terus akan ada sebuah kenangan yang indah kalau dia bisa lihat tempat tempat wisata dan lain sebagainya. Itu cara pandang yang positif," katanya.
Kata PJ Gubernur Jabar
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jabar pernah menerbiutkan Surat Edaran (SE) Nomor : 64/PK.01/KESRA tentang study tour pada satuan pendidikan, yang ditandatangani oleh Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin pada 8 Mei 2024.
Mengutip TribunJabar.id, dalam SE tersebut disebutkan bahwa semua sekolah di Jabar diimbau untuk lebih teliti dalam mempersiapkan dan memperhatikan kegiatan study tour.
"Kegiatan study tour satuan pendidikan diimbau untuk dilaksanakan di dalam kota di lingkungan wilayah Provinsi Jawa Barat melalui kunjungan ke pusat perkembangan ilmu pengetahuan, pusat kebudayaan, dan destinasi wisata edukatif lokal, yang ditujukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal di Provinsi Jawa Barat," kata Bey dalam surat tersebut.
Study tour, kata Bey, harus memperhatikan manfaat serta keamanan bagi seluruh peserta yang ikut dengan memperhatikan kesiapan kendaraan yang dipakai, keamanan jalur yang hendak dilewati, serta berkoordinasi dan mendapatkan rekomendasi dari dinas-dinas tertentu terkain dengan teknis kendaraan.
"Pihak satuan pendidikan dan yayasan yang akan menyelenggarakan study tour, agar melakukan koordinasi dengan memberikan surat pemberitahuan kepada dinas pendidikan sesuai kewenangannya."
"Demikian surat edaran ini dibuat untuk dipedomani dan ditindaklanjuti," kata Bey.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Buntut Laka Maut di Ciater Subang Jawa Barat, Pj Gubernur Imbau Perpisahan Sekolah Digelar Sederhana
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam/Rina Ayu/Ashri Fadilla)