TRIBUNNEWS.COM - Setelah sebelumnya ada seorang loper koran di Bogor, Jawa Barat yang naik haji pakai uang yang ditabung selama 11 bulan.
Kali ini kisah inspiratif yang sama datang dari Kota Surabaya, Jawa Timur.
Mbah Supiyah (60), calon jemaah haji (CJH) asal Kota Surabaya ini berangkat haji berkat nabung Rp10 ribu per hari.
Tukang pijat keliling di Kota Pahlawan ini bisa mewujudkan impian besarnya naik haji. Impian yang diidam-idamkan sejak usia SD.
Berkat perjuangan tak kenal lelah mengitari Surabaya, Mbah Supiyah biasa menawarkan jasa pijat kesehatan.
Kemahiran memijat Mbah Supiyah bahkan sudah terkenal hingga belakangan banyak pelanggan.
Saat usia sudah tidak muda lagi, pelanggan yang datang ke rumahnya untuk dipijat.
Jemaah haji kloter 15 asal Kota Surabaya itu sehari-hari memang menjadi tukang pijat keliling di Surabaya.
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) merilis bahwa perempuan tukang pijat ini sudah bekerja sebagai tukang pijat keliling, sejak usia 17 tahun.
Bahkan di usianya yang sudah lanjut masih menjalankan profesinya tersebut.
Kemampuan memijat yang dia miliki tak hanya menghilangkan pegal dan sakit linu pasien.
Baca juga: Inspiratif, Loper Koran Naik Haji dengan Nabung Selama 11 Tahun, Sisihkan Puluhan Ribu Tiap Hari
Kadang usia bayi kerap dipijat ke Mbah Supiyah.
Dia mampu memijat kurang lebih dua jam untuk sekali pijat.
Dari hasil kerja kerasnya memijat dari rumah ke rumah, dia mendapatkan upah.
Biasanya pelanggan dan masyarakat yang menggunakan jasa pijatnya membayar Rp 30.000 sampai Rp 70.000.
"Tidak mesti, kadang ramai kadang sepi. Tapi ada saja warga yang mau dipijat," ucap Mbah Supiyah.
Keterampilan memijat Mbah Supiyah diakui dimiliki sejak usia SD.
Supiyah pun terus meningkatkan skill pijatnya dan makin banyak pelanggannya.
Sampai akhirnya, dia ingin merealisasikan impiannya bagiamana bisa naik haji.
Pada usia remaja sekitar 17 tahun, Supiyah mulai menabung. Dia menyisihkan uang Rp 10.000 setiap hari.
Selama 24 tahun, Supiyah konsisten menabung khusus haji Rp 10.000 per bari. "Harus saya paksa sehari wajib nabung," tuturnya.
Penghasilan Supiyah yang tak tentu, tak menyurutkan niat Supiyah untuk mewujudkan cita-citanya berhaji.
Dari tekad kuat tersebut, Supiyah tekun menabung tanpa berhenti sama sekali.
Begitu melihat tabungan pada 2010, niat Supiyah itu akhirnya direalisasikan.
Tabungan selama puluhan tahun dibelikan emas.
Baca juga: Fatwa Ulama Saudi, Wajibkan Adanya Izin Haji bagi Siapa pun yang Akan Berhaji
Pada saat tiba mendaftar, emas 20 gram dijual.
Begitu juga saat pelunasan juga masih bisa diambil.
“Meskipun penghasilan saya tidak tetap, Alhamdulillah sedikit demi sedikit saya bisa nabung untuk haji yang penting tekadnya kuat,” kata Supiyah membocorkan rahasia sukses menabung.
Nenek empat anak dan sejumlah cucu ini mengaku seharusnya berangkat haji di tahun 2021.
Tapi karena pandemi Covid-19 membuatnya tidak bisa berangkat ke tanah suci, keberangkatan ibadah haji pun ditunda.
Supiyah sudah menyiapkan doa khusus ketika di tanah suci.
Dia berharap agar senantiasa diberikan kesehatan, murah rezeki dan panjang umur.
"Ya doanya gak banyak-banyak diberi sehat, lancar rezeki dan panjang umur," ujar Supiah.
Bahkan ketika nanti di Arab Saudi ada yang memintanya untuk memijat maka dia sanggup melakukan itu, asalnya tidak mengganggu waktu ibadah.
"Waktu masuk di asrama haji saja sudah ada yang pijat. Alhamdulillah diberi imbalan Rp 50 ribu," tegasnya.
"Ya nanti jika sudah di Makkah ada yang minta pijat ya tetap dilayani kan membantu orang dapat pahala," imbuh Supiyah.
Loper Koran Naik Haji
Kisah inspiratif datang dari seorang pria bernama Zainal Arifin (68), dari Kota Bogor, Jawa Barat.
Pria yang berprofesi sebagai loper koran ini bisa naik Haji dengan uang yang ia tabung selama 11 tahun.
Baca juga: Berangkat Haji Bersama 4 Temannya dengan Maktour Travel, Jemaah Ini Akui Ibadah sambil Refreshing
Zainal Arifin merupakan warga Kampung Babakan Sirna, Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
Tahun ini, Zainal Arifin bakal berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah Haji dari uang yang ia sisihkan setiap hari selama 11 tahun.
Ia akan berangkat ke Makkah pada Minggu (19/5/2024) mendatang.
"Insya Allah berangkat bareng rombongan yang lain ditanggal 19 nanti," kata Zainal.
Terlepas dari keberangkatannya, ada penantian serta perjuangan sangat panjang yang dilakukan oleh Zainal.
Ia mesti menabung 11 tahun lamanya sebelum akhirnya bisa berangkat tahun ini.
"Mulai nabung di bank itu Rp 25 juta tahun 2013. Dibantu sama anak-anak juga. Habis itu nabung sampai lunas," tambahnya.
Tabungannya ini berasal dari jerih payahnya menjadi loper koran.
Setiap harinya ia selalu menabungkan uangnya Rp 25-100 ribu.
"Ada 50 ribu mah. Kadang juga 100. Seadanya lah. Setiap harinya memang nyisihkan. Tapi gak nentu nominalnya. Gimana dapetnya aja," jelasnya.
Kini ia pun terus bersyukur karena tahun ini berangkat ke tanah suci.
"Ya alhamdulillah tidak kepikiran. Tapi, dengan niat saya gimanapun saya harus berangkat pergi haji. Saya juga pernah umrah. Sama anak diumrohin. Itu gak mimpi sama sekali malah. Itu tahun 2015. Sama istri waktu itu," ungkapnya.
Sejak Kelas 3 SD jadi Loper Koran
Awalnya, Zainal menjadi loper koran pada tahun 1963 silam.
Baca juga: Jemaah Haji Banyak yang Lupa Jalan ke Hotel, PPIH Minta Selalu Bawa Kartu Agar Mudah Dilacak
Saat itu, ia berkeliling membawa eksemplar koran dengan jalan kaki.
Tidak hanya Kota Bogor saja, melainkan sampai ke wilayah Ciawi.
"Dari kelas 3 SD. Tadinya ikut kakak. Kakak saya kerja di Unitex. Tapi, saya kerja jadi loper koran terus aja," ungkapnya.
Ratusan eksemplar koran dari beberapa media pernah dijualnya.
"Dulu mah banyak kan sampai 400 eksemplar. Sekarang mah yang mesen aja gitu," tambahnya.
Sampai saat ini, loper koran terus menjadi pekerjaannya. Namun, kini ia tidak berjalan kaki melainkan menunggangi sepeda motor.
"Sekarang pagi-pagi keluarnya. Terus ke perumahan IPB lampiri. Jalan riau, Jalan Roda, Jalan Bangka, Pasar Bogor, Pasar Sukasari, Dulu jalan kaki. Sekarang pakai motor," ujarnya.
Dengan jerih payahnya itu, ia sukses menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi.
Anak Zainal sendiri berjumlah lima orang.
"Ya berhasil menyekolahkan anak. IPB 4 satu Pakuan. Itu si bungsu di PGSD. Yang sudah lulus itu Sarjana Ekonomi, Sarjana Pertanian, dan ada juga PNS di BKKBN," ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Perjuangan Tukang Pijat asal Surabaya Naik Haji, Wujudkan Impian Berkat Nabung Rp10.000 Setiap Hari