“Menurut saya polisi terlalu berlarut larut. Ini waktunya sudah berlarut larut. Menurut saya juga polisi sudah gagal mengungkap kasus ini. Apalagi itu CCTV sudah jelas gitu,” jelasnya.
Pertanyakan Kinerja Polisi
“Kasus ini kan sudah tiga kali ganti Kapolresta dan sampai juga empat kali ganti pergantian Kasat Reskrim. Ini tapi belum keungkap juga. Mankanya, ini kinerja polisi buat siapa gitu. Buat pihak korban serta memang bener bener menjalankan tugasnya?,” tegasnya.
Selama lima tahun, tegas Yohannes, kinerja polisi sangat-sangat lamban.
“Lamban. Bukan lamban lagi. Kayanya memang tidak ada pergerakan dari pihak kepolisian kalau saya lihat. Apalagi di media polisi bahasnya cuman gitu aja. Sedang kita dalami dan sedang diselidiki. Lalu sudah kita identifikasi terduka pelaku. Selalu begitu kan bilangnya,” jelasnya.
Yohannes akan terus mencari keadilan bagi anaknya dan berharap pelaku tertangkap.
Walaupun, selama ini ia dan keluarga Noven hanya diberikan janji oleh pihak yang berwajib.
“Di sisi lain, saya sebagai orang kecil ngerasain banget. Orang kecil yang memang tidak punya power gitu. Kami hanya diberikan janji-janji saja,” tandasnya.
Pihak kepolisian dalam hal ini Polresta Bogor Kota harus tegas dan tidak pandang bulu agar kasus ini terungkap.
“Polisi harus konsisten tugasnya sebagai penegak humum. Jangan pandang bulu. Ya kan ini kasusnya berhubungan dengan nyawa. Tidak bisa dibiarkan begitu saja,” tandasnya.
Untuk diketahu, saat ini, masyarakat tengah diramaikan oleh kasus pembunuhan Vina dan Eki di Cirebon menyita perhatian publik usai muncul fim Vina: Sebelum 7 Hari.
Kasus pembunuhan Vina dan Eki ini untuk diketahui terjadi pada 2016 silam.
Sampai saat ini, delapan tahun berlalu, masih ada tiga orang yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
Usai muncul film tersebut, kasus ini pun kembali ditangani oleh Polda Jawa Barat.
Serupa dengan hal itu, di Kota Bogor pun terdapat kasus serupa yakni kasus tewasnya Adriana Yubelia Noven, pelajar SMK Baranangsiang pada tahun 2019 silam.