"Kemudian pukul 08.00 WIB, saya baru sampai di sini (RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya), kebetulan korban sudah berada di kamar mayat sedang diperiksa oleh dokter," tuturnya.
Kemudian, Asep juga sempat meminta kejelasan dari dokter yang memeriksa korban.
"Memang katanya harus ada pemeriksaan lebih lanjut. Kalau mau lengkap itu memang perlu ada pemeriksaan luar dan dalam (red: autopsi), karena di RSUD dr Soekardjo ini tidak ada dokter forensik. Tapi, hasil tadi ngobrol sama dokter itu, dari hasil visum, untuk di lapangan, korban meninggal wajar," jelasnya.
Asep mengatakan bahwa peristiwa malang yang menimpa calon anggota UKM KSR PMI Unsil Tasikmlaya tersebut terjadi sebelum mereka tiba di lokasi Diklatsar.
"Kejadian ini terjadi sebelum (tiba) ke tempat Diklatsar. Masih dalam perjalanan," ujarnya.
Menurut Asep, para panitia bersama 20 calon anggota tersebut turun dari kendaraan di Polsek Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat
Baca juga: 2 Terdakwa Diklatsar Menwa UNS Divonis 2 Tahun, Lebih Ringan dari Tuntutan JPU
"Kemudian berjalan kaki ke lokasi diklatsar (di Gunung Cakrabuana). Nah, baru lewat dari setengahnya sedikit, hal tersebut terjadi. Makanya sebetulnya kami juga belum tahu, kejadiannya ini di Tasikmalaya atau di Garut," terangnya.
Asep juga mengaku, bahwa dirinya baru mendapat informasi tersebut pada subuh tadi dari pembina UKM yang menghubunginya melalui panggilan telepon.
Tim Inafis Satreskrim Polres Tasikmalaya Kota masih mendalami penyebab kematian korban.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Jerit Tangis Orangtua Mahasiswa Asal Bekasi Lihat Anaknya Tewas Saat Diklatsar di Gunung Cakrabuana