Ia dan istrinya juga diminta untuk mencari keberadaan bayi tersebut.
Namun, Ngadino tak langsung mencari keberadaan bayi tersebut lantaran kondisi masih gelap.
Saat matahari mulai naik, Ngadino dan istrinya ditemui oleh petugas dai Puskesmas Tangen untuk mencari keberadaan bayi.
"Ada kejadian seperti ini, mau buka pintu (rumah SA) masih takut, kami nunggu orang tua ibu bayi (SA), kebetulan rumahnya di sampingnya, barulah dibuka, kita cari ramai-ramai," katanya.
Setelah 15 menit mencari, mereka tak menemukan apa-apa.
"Dicari kurang lebih 15 menit tidak ketemu, kami istirahat dulu sebentar, baru dimulai lagi, kebetulan ditemukan dibawah amben di dapur," tambahnya.
Ngadino pun menemukan banyak ceceran darah di lantai dapur rumah SA.
Ia juga memanggil bidan desa, Yuyun Sulistyaningrum, untuk datang ke lokasi.
Kepada Tribun Solo, Yuyun mengatakan bahwa bayi tersebut ditemukan terbungkus jas hujan.
"Bayinya masih dibungkus mantol plastik (jas hujan), saya buka, bayinya tengkurap dan sudah tiada, leher kayak ada jeratan, ternyata kain training, saya langsung buka karena tidak tega, soalnya bayinya diubed-ubed (dililit) gitu sampai meninggal," ujar Yuyun.
Baca juga: Detik-detik Penemuan Jasad Bayi di Sragen, Terbungkus Mantel dan Diletakkan di Tempat Kayu Bakar
Saat diperiksa, tak ada luka di tubuh jasad bayi tersebut.
Namun, bagian kepala bayi sudah membiru dengan lidah yang menjulur.
"Kondisinya belum kaki mayat saat ditemukan itu, baru ketika di visum, tangan kanannya sudah mulai kaku," jelasnya.
Bayi malang tersebut pun dibawa ke RS Moewardi Solo untuk diautopsi.