Dengan banyaknya orang yang menghuni kediaman tersebut, maka ruangan dibagi dengan cara disekat.
Untuk satu sekatnya bisa ditempati 4-5 anggota keluarga.
"Sudah sejak dulu tinggal di sini, kondisinya memang begini."
"Jadi ada yang tinggal di atas dan kamar, kalau saya tidur cuma ngampar di ruang tengah," ungkapnya.
Dengan banyak keterbatasan yang dirasakan masing-masing keluarga, mereka tetap bertahan karena keterbatasan ekonomi.
Masing-masing kepala keluarga yang tinggal di rumah tersebut hanya bekerja serabutan.
Sehingga mereka tak mampu merenovasi rumah tersebut karena pendapatan pun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Rumah ini sudah tua, kadang bocor, ingin direnovasi tapi gak punya uang," jelas Sri.
Bahkan, untuk kebutuhan air bersih, mereka hanya mengandalkan sumber air yang disediakan pihak RW, itu pun lokasinya cukup jauh dari rumah tersebut.
Sri menuturkan, untuk mengangkut air tersebut hanya menggunakan jerigen dan galon bekas karena selama ini ia dan kepala keluarga yang lain tak mampu membeli pipa atau membuat bak mandi.
"Mending angkut pakai galon karena gak ada uang untuk beli pipa," imbuhnya.
Baca juga: Penampakan Rumah Nenek Pegi di Cirebon, Digeledah 3 Jam, Pernah Didatangi Polisi pada 2016 Silam
Terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cimahi, Dikdik Suratno Nugrahawan mengatakan, kondisi rumah tersebut sebenarnya sudah diketahui sejak zaman Wali Kota Cimahi, Atty Suharti Tochija, 2012-2017.
"Waktu zamannya Wali Kota Ibu Atty, sudah dilakukan intervensi berupa bantuan-bantuan."
"Hanya memang seiring dengan waktu membuat kami baru mengetahui informasi belakangan ini," ucapnya saat meninjau rumah tersebut, Rabu (9/7/2024).