"Jadi oknum-oknum ini menutupi dirinya dengan masuk ke sekolah-sekolah atau yayasan sebagai tenaga pendidik," imbuhnya.
Kendati demikian, Khairul menambahkan, kedua pelaku tidak mengaku ke polisi soal jaringan penyimpangan seksual tersebut.
"Walaupun dari hasil penyelidikan polisi mereka tidak mengaku, namun dari pantauan kami dan kita amati, mereka termasuk ke sindikat yang menyusup ke lembaga-lembaga pesantren," jelasnya.
"Setelah kita amati, mereka dekat dengan jaringan-jaringan dengan kasus yang sama," sambungnya.
Pihak MTI Canduang juga sudah berkoordinasi dengan kepolisian untuk mengungkap fakta ini.
"Jadi kita menuggu dulu keterangan resmi dari pihak Kepolisian terkait sindikat ini, jika memang benar, maka akan kita usut tuntas hingga ke akarnya," pungkas Khairul.
"Kami memberikan dan menyebarkan informasi ini sebagai bentuk keseriusan kami untuk membantu para korban. Agar tidak menyebar ke yang lain, dan munculnya kasus-kasus baru. Maka hal ini harus kita buka dan kita bongkar."
"Ini bentuk keseriusan kami menyatakan perang terhadap tindakan menyimpang seperti ini, maka dari itu harus kita langkas hingga ke akarnya," tandasnya.
(mg/Nur Rohmah Febriani)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)