Ia mampu menjalankan aktivitas sehari-hari dan membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
"Dia tidak pernah merepotkan kami sebagai orang tua. Dia mandiri" urai ayah Nur Fatia.
Nur Fatia tergolong pintar, ia menempati rangking 10 besar sejak SD hingga tamat SMA.
Perempuan berjilbab ini kemudian melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah.
"Anaknya modalnya teguh, tekun dan nekat serta percaya diri," tambah ayah Nur Fatia.
Jadi korban bullying
Nur Fatia dalam kesempatannya mengaku jadi korban bullying sejak masih kecil.
Ia hanya bisa meneteskan air matanya karena dianggap berbeda dengan teman-temannya yang lain.
“Waktu SD saya pernah mengalami bullying dikarenakan saya tidak bisa olahraga voli, bully-an verbal."
"Saya cuma bisa nangis dan kasih tahu orang tua kalau saya itu kenapa di-bully sama teman,” kata dia.
Beruntung Nur Fatia, memiliki orang tua yang selalu memberikan dukungan.
Ayah dan ibunya menjadi support system dengan mendorongnya untuk tidak minder serta malu.
“Ayah dan ibu bilang kalau saya itu istimewa, tidak boleh minder dan malu, dan harus membuktikan kalau bisa,” sambung dia.
Baca juga: Sosok M Haikal Fadhillah, Anggota DPRD Pontianak Termuda, Masih 21 Tahun, Punya Utang Rp 472 Juta
Nur Fatia menyampaikan sang ayah kerap mengajaknya ke luar rumah untuk sekadar bermain, hingga mengajarkan soal kemandirian.
Ayahnya kerap mendorong dirinya untuk berani merantau.