News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gunung Lewotobi Meletus

Pengungsi Letusan Gunung Lewotobi: Tolong Pak, Kami Hanya Makan Pisang & Ubi yang Dipetik di Kebun

Penulis: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga yang mengungsi secara mandiri di Lamaongan, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, NTT, mengaku hanya mengonsumsi ubi dan pisang yang dipetik dikebun karena belum mendapat bantuan makanan. Foto rumah yang hancur sehari setelah erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Desa Hokeng Jaya, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa (5/11/2024). (Photo by ARNOLD WELIANTO / AFP)

TRIBUNNEWS.COM, LARANTUKA - Hari ini Rabu (6/11/2024) sudah tiga hari pasca letusan Gunung Lewotobi di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT.

Sejumlah pengungsi mengaku tak mendapatkan bantuan apapun meski mereka sudah 3 hari berada di tempat pengungsian.

Baca juga: Update Pasca Erupsi Gunung Lewotobi: Rumah Diterjang Material Panas hingga Perkampungan Memutih

Seperti diungkapkan Paulus Kwuta (75), salah seorang pengungsi di areal perkebunan Lamaongan, Desa Waiula, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT.

Padahal mereka terdampak langsung letusan Gunung Lewotobi. 

Menurut Paulus, pengungsi di Lamaongan sebanyak 130-an jiwa, termasuk ibu hamil dan balita.

"Sudah 3 hari kami belum terima bantuan apapun. Tolong pak, kami semua merasakan kekurangan, hanya bisa makan pisang dan ubi yang kami petik di kebun," katanya, Rabu (6/11/2024).

Selain kebutuhan makanan dan asupan gizi bagi anak-anak, warga juga membutuhkan air bersih serta perlengkapan tidur. 

Paulus dan ratusan korban sulit tidur karena didera hawa dingin saat malam hari.

"Butuh makanan, selimut, susu, termasuk juga untuk kebutuhan perempuan. Air di sini sangat sulit," ungkapnya.

Diakui Paulus, tempat mereka mengungsi saat ini sudah ada tenaga kesehatan (nakes) dari Puskesmas Boru dan nakes sejumlah desa di Kecamatan Wulanggitang.

Baca juga: 10 Warga Meninggal Akibat Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di NTT, PVMBG Naikkan Status Siaga

Diketahui Paulus bersama lebih dari 100 warga lainnya mengungsi secara mandiri.

Sebanyak 25 orang di antaranya berasal dari Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang.

Mereka terdiri dari 10 balita, 14 lansia dan seorang ibu hamil.

Mereka mengungsi secara mandiri di areal perkebunan Lamaongan, Desa Waiula, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur sesaat setelah letusan besar terjadi, Minggu (3/11/2024) malam.

Seorang warga melihat rumah yang hancur sehari setelah erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Desa Hokeng Jaya, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pada 5 November 2024. (Photo by ARNOLD WELIANTO / AFP) (AFP/ARNOLD WELIANTO)

Ke-25 pengungsi ini menempati dua unit rumah sederhana.

Mereka membangun tenda darurat di Lamaongan yang diklaim cukup jauh dari pusat erupsi.

Jumlah Pengungsi 1.772 Orang

Tercatat hingga Selasa (5/11/2024) sore, jumlah pengungsi akibat letusan Gunung Lewotobi mencapai 1.772 orang.

Berdasarkan data Tim BPBD Flores Timur, sebanyak 1.772 pengungsi tersebut tersebar di tiga titik yakni Desa Timutawa, Kringa dan Hikong, Kecamatan Talibura.

Pengungsi tersebut berasal dari Desa Bokang Wulumatang 673, Konga 787 dan Desa Lewolaga 312 Orang.

Untuk data pengungsi di Kabupaten Sikka sebagian besar warga memilih mengungsi di beberapa desa di Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka.

Kondisi pengungsi Gunung Lewotobi yang bertahan mandiri di Lamongan, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, NTT, Selasa (6/11/2024). Mereka mengaku hanya mengonsumsi ubi dan pisang yang dipetik dikebun karena belum mendapat bantuan makanan. (TRIBUNFLORES.COM/Paul Kabelen)

Tiga desa yang menjadi tempat pengungsian berada di perbatasan Kabupaten Flores Timur dan Sikka.

3 Posko Pengungsi Disiapkan Pemda Flores Timur

Diketahui, Pemerintah Daerah (Pemda) Flores Timur sudah menyiapkan tiga lokasi bagi para pengungsi Gunung Lewotobi, yakni Posko Konga, Posko Lewolaga, dan Posko Bokang Wolomatang di Kecamatan Titehena.

Sejak ditetapkan status tanggap darurat becana, Flores Timur mendapat empati dari banyak pihak, termasuk Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi NTT.

Banjir bantuan makanan dan perlengkapan lainnya terus mengalir setiap saat. 

Diharapkan agar bantuan bagi korban terdampak bencana disalurkan adil, tepat sasaran, dan teratur.

Erupsi Lewotobi Tewaskan 10 Korban 

Gunung Lewotobi Laki-laki meletus pada Senin (4/11/2024) pukul 00.30 Wita setelah mengalami kenaikan aktivitas vulkanik sejak Rabu (23/10/2024). 

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi kemudian meningkatkan status Gunung Lewotobi Laki-laki dari level III siaga menjadi level IV awas.

Kepala PVMBG Prihatin Hadi Wijaya mengatakan, Gunung Lewotobi Laki-laki telah mengalami gempa letusan sebanyak 43 kali, 28 kali gempa embusan, 94 kali gempa harmonik, tujuh kali low frequency, 133 kali gempa vulkanik dangkal, 26 kali gempa tektonik lokal, 68 kali gempa tektonik jauh, dan tiga kali getaran banjir.

"Pada periode sebelumnya, rata-rata tinggi kolom erupsi adalah 100-1.000 meter, saat ini rata-rata tinggi kolom erupsi setinggi 500-1.000 meter," ujar Hadi, Senin. 

Kepala Pelaksana BPBD Flores Timur Fredy Moat Aeng menyebut jumlah korban akibat Gunung Lewotobi Laki-laki meletus ada 10 orang. 

Hingga Senin (4/11/2024) pagi, jumlah korban meninggal dunia menjadi 10 orang dan ribuan warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.

"Jumlah korban meninggal akibat letusan Gunung Lewotobi sebanyak sepuluh orang. Korban meninggal ini yang sudah dievakuasi dari puing-puing bangunan," kata Kepala Pelaksana BPBD Flores Timur Fredy Moat Aeng, Senin pagi.

Korban letusan Gunung Lewotobi Laki-laki meninggal karena mereka tertimpa batu berukuran besar dari puncak gunung dan menembus atap rumah warga.

Identitas 9 Korban Tewas

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyebut hingga Senin (4/11/2024) pukul 11.51 Wita, 10 warga meninggal dunia akibat letusan Gunung Lewotobi Laki-laki.

Dari jumlah korban tersebut, sembilan jenazah korban berhasil dievakuasi petugas SAR. 

Sementara satu jenazah lagi masih berada di reruntuhan.

Berdasarkan data BPBD, sembilan dari 10 korban tewas merupakan warga Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang.

Enam di antaranya merupakan satu keluarga. 

Mereka tewas akibat tertimbun runtuhan material rumah serta batu, kerikil dan pasir yang terlontar dari puncak Gunung Lewotobi Laki-laki.

"Untuk warga Klatanlo, korbannya ada 9 orang, termasuk dengan suster (biarawati)," kata Kepala Desa Klatanlo, Petrus Muda Kurang. 

Korban meninggal dunia terdiri dari lima laki-laki dan empat perempuan. Seorang di antaranya masih anak-anak.

Berikut ini nama-nama korban meninggal dunia yang diterima POS-KUPANG.COM dari Kepala Desa Klatanlo,

  1. Petrus Muda Kurang:
  2. Kanisius Laga Lajar
  3. Agustina Luo Luon
  4. Paskalis Goe Lajar
  5. Andreas Baha Lajar
  6. Theresia Toja
  7. Yohanes Baha Buto Lajar
  8. Yois Witin
  9. Yosepina Wole Kedang
  10. Sr. Nikolin, SSpS

Pengungsi Meninggal

Sementara itu seorang pengungsi di Dusun Mudin, Desa Watu Omok, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Rofinus Beda Tour (55) dilaporkan meninggal dunia.

Korban meninggal dunia dikarenakan penyakit bawaan sesak napas alias asma.

Rofinus adalah salah satu warga yang mengungsi akibat letusan Gunung Lewotobi pada Minggu (3/11/2024) lalu.

Warga Desa Dulipali, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, itu dilaporkan meninggal di tempat pengungsian, Senin (4/11/2024) sekitar pukul 21.00 Wita.

Informasi meninggalnya Rofinis diperoleh dari Arnoldus Marten, salah satu warga Desa Watu Omok yang rumahnya menjadi tempat korban mengungsi.

Sumber: (TRIBUNFLORES.COM/Paul Kabelen)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunflores.com dengan judul Balita dan Ibu Hamil Menjerit, 3 Hari Tak Dapat Bantuan Pasca Gunung Lewotobi Meletus

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini