"Kalau di sini kami tinggal gabung jadi tidak nyaman untuk belajar," ungkapnya.
Beruntungnya, beberapa hari ini tempatnya mengungsi dikunjungi sejumlah mahasiswa dan aktivis untuk melakukan pembelajaran secara darurat.
"Kami juga ada ketemu kakak-kakak yang datang, kami ada nyanyi-nyanyi, " ungkapnya.
Meski begitu, ia merasa bahwa suasana di sekolah lebih nyaman ketimbang di pengungsian.
"Hanya mau bagaimana lagi kaka, Gunung masih meletus ini, " ujarnya.
Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi Banyak yang Terserang ISPA
Beberapa hari di pengungsian, ratusan pengungsi mulai terkena beragam penyakit.
Demikian yang disampaikan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Flores Timur, Hironimus Lamawuran.
Ia menuturkan, per Rabu (6/11/2024) ada 232 kasus pengungsi yang terkena serangan penyakit.
72 di antaranya adalah kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Lalu 15 kasus sakit kepala atau cephalgia, 32 kasus hipertensi, dan beberapa penyakit lain.
"Total yang terdata sebanyak 232 kasus," ujar Hironimus, dikutip dari Kompas.com.
Ia menuturkan, pengungsi yang terserang penyakit akan ditangani oleh tenaga kesehatan yang berada di posko pengungsian.
Jika kondisinya makin parah, maka mereka akan dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.
"Tenaga kesehatan ini dari Puskesmas Boru, Puskesmas Lewolaga, Puskesmas Lato dan Puskesmas Demon Pagong," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunflores.com dengan judul Kisah Anak-anak Penyintas Erupsi Gunung Lewotobi Rindu Kembali ke Sekolah
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunFlores.com, Nofri Fuka)(Kompas.com, Serafinus Sandi Hayon Jehadu)