News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Profil AM Thalib, Pejuang Kemerdekaan asal Sumsel, Namanya Diabadikan Sebagai Gedung Korem Palembang

Penulis: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

AM Thalib merupakan salah satu pejuang yang berperang melawan Belanda ketika Agresi Militer II pada tahun 1948 (kanan). Tahun lalu, Kodam II/Sriwijaya mengabadikan nama AM Thalib sebagai nama gedung di Korem 044/Garuda Dempo, Palembang, untuk mengenang jasa-jasanya.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - AM Thalib merupakan salah pejuang yang berperang melawan Belanda ketika Agresi Militer II pada tahun 1948. 

Tahun lalu, Kodam II/Sriwijaya mengabadikan nama AM Thalib sebagai nama gedung di Korem 044/Garuda Dempo, Palembang, untuk mengenang jasa-jasanya.

Selain A.M. Thalib, empat gedung lainnya adalah Gedung Abdul Rozak, Gedung H. Barlian, Gedung Bambang Utoyo, dan Gedung Haroen Sohar. 

Penamaan gedung-gedung ini merupakan bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh yang telah memberikan kontribusi besar bagi perjuangan kemerdekaan dan pembentukan TNI. 

“Setiap gedung ini harus ada namanya, pemberian nama gedung dengan nama sesepuh kita merupakan suatu penghargaan kepada leluhur-leluhur kita, kalau tidak ada beliau-beliau mungkin kita tidak bisa berdiri seperti sekarang ini,” kata Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) saat itu, Jenderal TNI Dudung Abdurachman.

Sebagai bentuk penghormatan atas dedikasinya, nama A.M. Thalib juga telah diabadikan di Museum Subkoss Garuda Sriwijaya, sebuah museum yang menyimpan sejarah perjuangan militer dan peran strategis tokoh-tokoh TNI di wilayah Sumatera Selatan.

Museum ini menjadi salah satu saksi bisu kontribusi besar beliau dalam memperkokoh kedaulatan wilayah dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Keluarga Sambut Penghargaan dengan Bangga, Ferhat Rajemi, putra A.M. Thalib, menyampaikan rasa syukur atas penghormatan yang diberikan kepada ayahnya.

"Kami sangat berterima kasih atas penghargaan ini. Gedung A.M Thalib bukan hanya penghormatan untuk ayah kami, tetapi juga pengingat bagi generasi muda tentang semangat perjuangan dan pengabdian tanpa pamrih kepada bangsa," ujarnya, Senin (12/2/2024).

A.M. Thalib diketahui adalah tokoh penting dalam sejarah Sumatera Selatan dan Indonesia.

Ia dikenal sebagai Mantan Kepala Intelijen Sumatera Selatan yang memainkan peran strategis dalam perjuangan kemerdekaan, termasuk menyelamatkan Soemitro Djojohadikusumo di tengah situasi genting.

Selain itu, beliau memiliki hubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional seperti Presiden Soekarno, Taufiq Kiemas, dan Megawati Soekarnoputri.

Biografi dan riwayat perjuangan

Awal Karir dan Aktivitas Politik

AM Thalib lahir di Palembang pada 23 Februari 1922

Ia pada tahun 1939 sudah aktif dalam berbagai organisasi.

Ia menjabat sebagai Wakil Ketua Pemuda Sumber Karisidenan Palembang dan anggota Direksi Koperasi Setia, yang merupakan koperasi terbesar di Palembang.

Pada tahun 1942-1944, ia menjadi redaktur surat kabar Sinar Matahari dan majalah Fajar Menyingsing, yang saat itu gencar menyuarakan pergerakan nasional.

Perjuangan Militer

Pada tahun 1945, AM Thalib diangkat menjadi Kapten TNI dan Kepala Penerangan Tentara Sub Komando Sumatra Selatan (SUBKOSS).

Ia terlibat aktif dalam berbagai tugas militer, termasuk sebagai Kepala Seksi Mobilisasi Divisi Garuda Sumatra Selatan.

AM Thalib juga meraih beberapa penghargaan, termasuk tiga bintang jasa atas dedikasinya dalam perjuangan.

Pada tahun 1949, Belanda melancarkan agresi militer di Sumatra Selatan.

AM Thalib, yang saat itu menjabat Kepala Penerangan Gubernur Militer, memainkan peran penting dalam strategi perlawanan.

Ia memimpin upaya bumi hangus untuk menghancurkan fasilitas yang bisa dimanfaatkan oleh Belanda.

AM Thalib berhasil menginformasikan kepada dunia tentang agresi ini, yang berujung pada desakan Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru, kepada Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk tindakan Belanda.

Hasilnya, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi untuk gencatan senjata dan pemulihan pemerintahan Indonesia.

Setelah mengundurkan diri dari militer pada tahun 1950, AM Thalib tetap aktif dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.

Ia mendirikan perusahaan Firma Kebangkan & Co dan menjabat sebagai Ketua Persatuan Pengusaha Pedagang Andalan Selatan (PPPIAS) serta anggota DPR Kodya Palembang.

AM Thalib bergabung dengan beberapa partai politik, termasuk PSI dan IPKI, di mana ia terpilih sebagai Ketua Umum IPKI wilayah Sumatra Selatan.

Ia juga terlibat dalam gerakan daerah otonomi dan menentang PKI.

AM Thalib wafat di Jakarta pada 17 Juni 2000.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini