"Angsal kulo kenal (awal saya kenal) sudah dua tahun," katanya.
Sementara itu, Satinem mengaku selama masa kenal itu, ia sering dibantu oleh Ngatimin untuk mencari pakan kambing yang dipelihara.
Keduanya pun memantapkan diri menikah untuk menghilangkan rasa kesepian.
Sebab, Satinem hidup sebatang kara di rumahnya.
"Sakit malam-malam mboten enten tiang (kalau sakit malam-malam tidak ada orang yang mengurus). Sareng ngoten (karena begitu), saya nikah," ujar Satinem.
Kesulitan biaya nikah
Meski niatnya sudah bulat, saat itu Satinem sempat bingung dengan biaya pernikahannya.
Akhirnya ia meminjam uang tetangga untuk mencukupi kebutuhan pernikahan.
Ijab kabul pun digelar KUA Kecamatan Giritontro dengan maskawin cincin dan uang tunai Rp500 ribu.
Ketua RW setempat, Sito, mengungkapkan pernikahan itu berlangsung pada Selasa (3/12/2024) lalu.
"Mbah Satinem asli sini (Giritontro), kalau Mbah Ngatimin dari Kecamatan Eromoko. Kemarin ijab kabul di KUA," jelasnya, Sabtu (7/12/2024).
Sito menyebut jika Satinem telah menjanda sekitar 45 tahun.
Selama ini, Satinem hanya tinggal sebatang kara.
Satinem sudah tidak mempunyai anak, saudara dan orang tua.
"Dulu sudah menikah, suaminya meninggal dunia. Punya anak tiga, tapi saat kecil sudah meninggal," jelas Sito.