TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK - Ita Fitriani (38), Pekerja Migran Indonesia (PMI) mengaku bekerja di rumah Suhayl Al Hasan, panglima perang Suriah di pemerintahan Bashar Al-Assad.
Berdasarkan penelusuran, Suhayl Al Hasan menjabat sebagai komandan Pasukan Khusus Angkatan Darat Suriah saat rezim Bashar Al-Assad berkuasa.
Suriah saat ini dilanda konflik setelah rezim Bashar Al-Assad ditumbangkan kelompok oposisi Abu Mohammed Al Julani pada Minggu (8/12/2024) lalu.
Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Suriah pun dievakuasi karena kondisi keamanan di Negeri Al-Sham tersebut kian tak menentu.
Termasuk Ita bersama 7 Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal NTB lainnya.
Mereka tiba di Bandara Lombok, Minggu (15/12/2024).
Ita merupakan warga Desa Kareke, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, NTB.
Baca juga: Eks Presiden Suriah Bashar al-Assad Dilaporkan Timbun Uang Rp1,1 Triliun di Rekening Bank Inggris
Ita pun mengungkap saat peristiwa jatuhnya pemerintahan Bashar Al-Assad ia masih bekerja seperti biasa di rumah majikannya di Suriah yang bernama Suhayl Al Hasan.
"Saya dapat kabar kalau beliau (Suhayl Al Hasan) gugur tapi saya masih belum percaya," ucapnya dilansir dari Tribunlombok.com.
Ia menyebut, ketika dirinya keluar rumah, sang majikan dalam posisi dikejar-kejar kelompok yang menumbangkan pemerintahan Bashar Al-Assad.
"Saya waktu keluar dari rumahnya saat itu beliau dalam posisi benar-benar dikejar oleh pemberontak. Saya minta sama beliau untuk membiarkan saya pergi," kata Ita.
Baca juga: Bashar al-Assad Mengadu ke Iran sebelum Digulingkan Oposisi Suriah yang Didukung Turki
Ita juga benar-benar ingin segera keluar kembali ke rumahnya di Dompu karena sudah mendengar peringatan dari KBRI Damaskus untuk meninggalkan Suriah.
Ita beruntung akhirnya Mayor Jenderal Suhayl Al Hasan memberikan paspornya untuk segera pergi meninggalkan Suriah menyelamatkan diri.
"Saya akhirnya diantar sama supir. Susah sebenarnya lewat jalan karena banyaknya kericuhan. Saya dari Jableh ke KBRI Damaskus Suriah selama lima jam. Saya kemudian menyelamatkan diri ke Beirut Lebanon baru ke Qatar dan akhirnya ke Jakarta," ungkap Ita.