Kepada Kompas.com, Yani juga mengaku sempat membawa keponakannya, AA, ke klinik saat mengetahui mulut Aa berbusa.
"Keponakan saya enggak ketolong. Tadi sempat dibawa ke klinik. Saya tahu memang sudah tidak ada (meninggal). Mulutnya juga sudah berbusa," ujar Yani (39).
Ia menambahkan, ada sedikit darah di sudut bibir keponakannya.
Di leher AA, tambah Yani, juga ada bekas jeratan tali.
"Di sini ya berdarah (nunjuk arah pinggir bibir). Di sininya (leher) ada semacam geretan (bekas tali) gitu. Biru lehernya," jelasnya.
Yani mengaku, saat pertama kali melihat adiknya, YL dan keponakannya, ia hanya berfokus untuk menyelamatkan keduanya.
"Saya kurang tahu, enggak merhatiin tapi yang saya perhatiin itu anaknya dia, orang dioper ke saya, saya pegangkan dibawa ke luar (klinik)," tuturnya.
Yani pun langsung melaporkan temuannya tersebut ke polisi dan pihak kepolisian melakukan evakuasi.
DISCLAIMER:
Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.
Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.
Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribuntangerang.com dengan judul Kronologi Satu Keluarga Tewas di Ciputat, Kerabat Curiga Rumah Senyap Seharian
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunTangerang.com, Joseph Welsy)(Kompas.com, Intan Afrida Rafni)