Eko menyatakan, pihaknya memfasilitasi masyarakat dengan alat bantu berupa teleskop untuk menonton sensasi tiga fenomena alam yang terjadi secara sekaligus.
Meski begitu, pendaftaran yang dilakukan melalui website resmi Planetarium Jakarta, hanya dimaksudkan untuk mendata banyaknya jumlah pengunjung yang akan menyaksikan fenomena pada pukul 17.00 hingga 23.00 tersebut.
"Daftar online digunakan untuk mengestimasi jumlah pengunjung agar kami bisa menyiapkan teleskop, tapi tidak wajib, datang langsung tidak apa-apa," ujarnya.
Pendaftaran peneropongan umum gerhana bulan total Penggunaan teleskop pun dibatasi selama dua menit saja.
Bagi yang tidak mendapatkan fasilitas alat bantu, Eko menyampaikan bahwa fenomena tersebut bisa disaksikan dengan mata telanjang dan tidak membahayakan.
"Enggak apa-apa kalau engak pakai teleskop, tidak membahayakan karena bukan sumber cahaya," jelasnya.
152 Tahun Sekali
Tiga fenomena yang terjadi secara bersamaan itu terakhir kali muncul 152 tahun yang lalu. Oleh sebab itu, fenomena besok adalah hal yang istimewa. "Memang jarang terjadi. Diperkirakan terakhir kali itu 152 tahun yang lalu," ucapnya.
Warna Bulan, sambung Eko, akan kemerahan, di mana puncak gerhana diperkirakan terjadi pada pukul 20.29.
Jika digabungkan menjadi satu, maka fenomena yang terjadi di akhir Januari ini bisa juga disebut sebagai Super Blue Blood Moon.
"Kami memperkirakan Penumbra terjadi pada pukul 17.51, umbra pukul 18.58, fase gerhana total pukul 19.51, dan puncak gerhana pukul 20.29. Akan berakhir pada 21.07," beber Eko.